BPS: Daya Beli Buruh Tani Tertekan Harga Komoditas

CNN Indonesia
Kamis, 03 Jan 2019 00:05 WIB
BPS menyebut tingkat daya beli buruh tertekan lesunya harga komoditas. Antara lain sawit, karet, dan kakao.
BPS menyebut tingkat daya beli buruh tertekan harga komoditas. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut tingkat daya beli buruh tani tertekan. Buktinya, Nilai Tukar Petani (NTP) atau indeks kemampuan beli petani mandek dengan kenaikan 0,04 persen menjadi 103,16 pada Desember 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan lesunya harga sejumlah komoditas perkebunan di pasar internasional menjadi biang kerok daya beli tani yang rendah. Tingkat harga yang diterima petani cuma naik 0,54 persen. Sementara, tingkat harga yang dibayarkan buruh tani untuk konsumsi sehari-hari mencapai 0,5 persen.

"Ada beberapa komoditas yang harganya jatuh, misalnya sawit, karet, dan kakao, tapi belum diketahui seberapa besar andilnya. Namun, harga di pasar internasional tentu berpengaruh," ujarnya di Kantor BPS, Rabu (2/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain karena pengaruh harga komoditas, ia menyebut daya beli buruh tani juga tertekan kenaikan harga (inflasi) pada barang-barang pengeluaran konsumsi.

Tercatat, inflasi pedesaan sebesar 0,5 persen pada bulan yang sama. Sementara, tingkat inflasi nasional mencapai 0,62 persen secara bulanan dan 3,13 persen secara tahunan pada Desember 2018.

Berdasarkan sektornya, tekanan daya beli tertinggi terjadi pada sektor tanaman perkebunan rakyat yang anjlok hingga 1,16 persen. Hal ini karena penurunan harga sawit, karet, dan kakao sekitar 0,7 persen secara nasional.

"Hal ini membuat penurunan NTP tertinggi terjadi di Sulawesi Barat karena harga kakao turun hingga 6,21 persen," terangnya.


Kemudian, penurunan daya beli buruh tani juga terjadi di sektor hortikultura turun 0,02 persen dan perikanan menyusut 0,04 persen. Meski begitu, peningkatan daya beli masih dirasakan oleh buruh tani di sektor tanaman pangan sebesar 0,75 persen.

"Hal ini karena ada kenaikan harga pada komoditas padi dan palawija, khususnya gabah dan jagung," katanya.

Lalu, daya beli buruh tani juga meningkat pada sektor peternakan sebesar 0,17 persen karena kenaikan harga telur ayam ras dan daging ayam ras. (uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER