Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Dunia khawatir. Kekhawatiran mereka tujukan pada kenaikan
utang berbentuk mata uang asing oleh negara termiskin dunia.
Bank Dunia mencatat kenaikan utang negara termiskin di dunia belakangan ini cukup tinggi. Data yang mereka miliki, rata-rata rasio utang yang dimiliki negara miskin dunia saat ini sudah di atas 50 persen dari PDB.
Padahal, pada 2013 lalu rasio rata-rata utang negara miskin masih berkisar di level 30 persen dari PDB. Ekonom Bank Dunia Ayhan Kose mengatakan total utang yang dihimpun pada 2017 kemarin sudah mencapai US$184 triliun atau mencapai rekor baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat utang menjadi perhatian terutama ketika Anda memiliki kondisi keuangan yang semakin ketat, dan di sisi lain suku bunga di tingkat global juga meningkat," katanya seperti dikutip dari AFP, Rabu (9/1).
Bank Dunia menyatakan tingginya tingkat utang negara miskin tersebut bisa memberikan risiko pada ekonomi dunia. Utang tersebut bisa menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Mereka bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan cenderung melesu. Dalam proyeksi semi tahunan yang mereka keluarkan kemarin, Selasa (8/1), mereka memperkirakan ekonomi dunia pada 2019 ini hanya akan tumbuh 2,5 persen, turun dibandingkan 2018 yang tumbuh 2,9 persen.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi menurut mereka akan semakin menjadi pada 2020 nanti. Menurut proyeksi mereka, tahun depan ekonomi akan terpuruk ke level 1,7 persen. Kose mengatakan selain dibayangi risiko utang negara miskin, perlambatan ekonomi dunia juga akan dipicu kecamuk perang dagang yang berkobar antara Amerika Serikat dengan China.
Menurutnya, perang dagang merupakan risiko profil paling tinggi bagi ekonomi global. Selain masalah perang dagang, Kose mengatakan masih ada risiko lain yang bakal menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Selain utang, Kose mengatakan risiko penghambat pertumbuhan ekonomi juga datang dari kebijakan kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral AS The Fed dan kenaikan biaya pinjaman.
Atas risiko tersebut, Bank Dunia kata Kose mendesak negara anggotanya untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki pengeluaran dan investasi. Bank Dunia katanya meminta negara anggota menggunakan pinjaman untuk membangun supaya bisa menjadi penyangga ekonomi bila gejolak datang.
"Urgensi harus ada di sana," katanya.
(afp/agt)