TOP TALKS

Dulu Anak TKI, Kini Hanif Dhakiri Jadi Menaker

Lavinda & Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 18 Jan 2019 09:40 WIB
Terlahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai pekerja migran internasional, Hanif Dhakiri justru menduduki kursi tertinggi sebagai Menteri Ketenagakerjaan.
Foto: Adhi Wicaksono
Bagaimana cerita lengkap Hanif terkait hobi, filosofi hidup, dan perannya di dunia politik. Berikut petikan wawancara CNNIndonesia.com dengan Hanif Dhakiri pada Selasa (8/1) :

Apa arti pekerja dan buruh bagi Bapak?
Kalau secara normatif, pada dasarnya pekerja itu mereka bekerja sama dengan orang lain. Kalau menggunakan perspektif undang-undang kan ada pekerjaan, perintah, upah. Kira-kira begitu.

Buat saya, bukan soal itu. Hal yang penting adalah pekerja itu mestinya bisa merealisasikan diri dengan pekerjaanya. Tetapi, dalam dunia yang orang relatif tidak bisa memilih pekerjaan karena misalnya, 'saya suka ini tetapi dapatnya ini' misalnya begitu. Ya kita bisa menciptakan suatu lingkungan kerja yang baik sehingga nyaman buat mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebagai anak seorang pekerja, apa bapak pernah menyangka akan menjabat sebagai pimpinan tertinggi pekerja (Menteri Ketenagakerjaan)?
Saya tidak tahu, mungkin sudah garis tangan saja. Garis tangan wasilahnya Pak Jokowi. Wasilah Pak Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB. Ya sudah kita jalani saja dengan sebaik-baiknya.

Siapa tokoh panutan Bapak?
Kalau role model tentu saja orang tua saya. Keluarga saya ini berasal dari keluarga biasa-biasa, tetapi mereka percaya pada dua hal, percaya pada agama dan pendidikan.

Agama itu membentuk karakter kita, membekali kita agar kita ini menjadi pribadi yang bagus. Dari sisi akhlak baik, perilaku baik, dan dari sisi karakter ada yang terkait dengan kinerja, misalnya soal kedisiplinan, pantang menyerah, dan kerja keras.

Orang tua saya juga percaya bahwa pendidikan adalah jalan tol untuk melakukan perbaikan nasib. Mereka yang mengajarkan saya untuk bisa terus bersyukur terhadap apapun yang dimiliki, sekaligus juga bersabar dengan apapun yang tidak kita sukai. Oleh karena pada akhirnya seperti kata orang bijak istilahnya 'Your attitude when you have everything, your patience when you have nothing'. Itulah nasihat yang diajarkan oleh orang tua saya secara substansi.


Apa filosofi hidup Bapak?
Filosofi hidup saya sederhana 'Live well, rule well, die well'.

Apa yang Bapak lakukan saat ini sudah sesuai dengan cita-cita?
Cita-cita saya tidak jelas. Pernah saya bercita-cita menjadi guru. Pernah saya bercita-cita misalnya menjadi penulis. Saya juga pernah bercita-cita menjadi tentara, macam-macam. Cita-cita berubah-ubah, tetapi saya menemukan dunia saya pada saat saya mahasiswa. Saya merasa politik adalah jati diri saya. Oleh sebab itu, saya menceburkan diri ke dalam dunia politik secara total dan sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara.

Apakah masih ada cita-cita yang belum dan masih ingin Bapak raih?
Secara eksplisit sih tidak ada. Saya hidupnya lebih mengalir, ya mungkin jiwa saya pekerja keras. Saya percaya pada dua hal, yakni bekerja keras dan kebaikan. Kalau kita bekerja keras, apalagi kita melakukan secara kreatif dan inovatif akan melahirkan prestasi. Kalau kita melakukan kebaikan terus menerus akan melahirkan keberkahan.

Apa motivasi Bapak maju menjadi wakil rakyat setelah menjadi menteri?
Kalau itu soal tugas. Itu tugas partai. Partai politik memberikan tugas kepada saya, dalam hal ini PKB, untuk menjadi calon anggota DPR di Dapil Jawa Barat VI Kota Depok dan Bekasi. Karena ini tugas yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Partai politik kan pasti ada kebutuhan. Menteri-menteri yang berasal dari partai politik boleh dianggap sebagai figur-figur yang secara relatif lebih dikenal masyarakat ketimbang pengurus partai biasa.

Jadi, kalau menteri ini tidak diturunkan (menjadi calon legislatif) kan itu akan merugikan partai, kita harus memaklumi juga. Selain memang, aturan dan undang-undang memberikan hak bagi warga untuk bisa dicalonkan atau mencalonkan kita juga ada kebutuhan partai politik.


Bagaimana cara Bapak membagi waktu sebagai menteri, kepala keluarga, dan politisi?
Susah memang. Kalau dilihat sebulan ada empat akhir pekan. Saya membaginya itu jatah satu akhir pekan untuk keluarga. Teorinya begitu, tapi alam praktiknya banyak meleset. Jadi, akhirnya saya menghabiskan waktu dengan keluarga sesempatnya saja.

Kalau menyapa anak-anak biasanya pagi, sebelum mereka berangkat sekitar pukul 7. Kalau pulang malah di bawah jam 9 malam masih bisa bertemu anak-anak, tetapi kalau pulang jam 11 atau jam 12 sulit bertemu. Kenapa begitu? Saya sering keluar kantor rata-rata jam 9 malam, habis itu saya main ke partai dulu sampai tengah malam, sehingga praktis waktu saya habis.

Bagaimana kesan bekerja dalam Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo?
Secara keseluruhan, saya suka dengan ekosistem yang ada di kabinet karena kami akrab. Pak Jokowi dan Pak JK arahannya begitu clear (jelas). Beliau-beliau juga memberikan contoh kepada kami semua. Pak Presiden itu juga menjadi role model. Saya senang menjadi bagian dari tim kerja yang penuh kekompakan.


Soal hobi, sejak kapan Bapak suka musik?
Kalau musik sih, dari kecil memang suka musik, cuma kalau main musik itu saya agak serius mungkin zaman mahasiswa. Waktu mahasiswa saya punya band di kampus. Saya ini tidak terlalu bisa main musik, gitar ya ala kadar, drum, standar. Musisi favorit saya itu Iwan Fals dan Slank.

Selain 'Elek yo band', sebenarnya saya punya band lain 'The Minister'. Kami biasa main di luar, tapi kami memang sudah lama sekali tidak latihan. Praktis memang waktu saya habis untuk kerja. Jadi kalaupun main musik itu lebih pada saat berkumpul dengan stakeholder (pemangku kepentingan). Saya kan kalau di rumah setidaknya sebulan sekali atau dua kali kumpul. makan malam, ngobrol-ngobrol tidak formal tentang isu ketenagakerjaan. Habis itu jamming musik. (bir)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER