Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Perindustrian menyatakan nilai tambah
industri meningkat pesat dalam waktu empat tahun belakangan ini. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan pada 2014, nilai tambah industri baru mencapai US$202,82 miliar atau setara Rp2.876 triliun (kurs Rp14.181 per dolar AS).
Pada 2018 kemarin, nilai tambah industri berhasil mencapai US$236,69 miliar atau setara Rp3.355,4 triliun. Dengan kata lain, terdapat kenaikan nilai tambah industri sebesar US$34 miliar atau setara Rp482,1 triliun.
"Mengacu data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) pada 2018 , industri pengolahan kita dari sisi nilai tambahnya terus membaik," katanya seperti dikutip dari website Kementerian Perindustrian, Selasa (22/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haris mengatakan sejalan dengan peningkatan nilai tambah tersebut, industri juga berkontribusi besar terhadap ekonomi dalam negeri. Ia dengan merujuk data Bank Dunia menyatakan kontribusi sektor industri manufaktur terhadap ekonomi dalam negeri berhasil mencapai 20,5 persen.
Kontribusi tersebut masuk ke dalam lima besar di dunia. "Artinya, produk domestik bruto (PDB) sektor industri manufaktur Indonesia merupakan yang terbesar di Asean," katanya.
Haris mengatakan pemerintah belum puas dengan pencapaian tersebut. Pemerintah saat ini terus mendorong pendalaman struktur industri di dalam negeri melalui investasi. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan agar investasi ke dalam negeri kian semarak.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan selain menggenjot investasi agar kinerja industri manufaktur kian cemerlang pemerintah juga perlu terus melanjutkan kebijakan pembangunan infrastruktur agar daya saing industri terus membaik. Pemerintah juga perlu menggenjot kinerja ekspor dengan menggarap sejumlah pasar yang selama ini masih belum disentuh.
(agt)