ANALISIS

Debat Capres Gagal Tawarkan Solusi Konkret di Bidang Ekonomi

Galih Gumelar & Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 18 Feb 2019 06:01 WIB
Walaupun secara format debat calon presiden kedua sudah baik, tapi secara isi dan misi ekonomi yang disampaikan Jokowi dan Prabowo Subianto masih ngambang.
Calon Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto dinilai belum memberikan rencana konkret atas kebijakan yang akan mereka jalankan untuk memajukan ekonomi dalam negeri jika mereka nantinya terpilih menjadi presiden. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Debat calon presiden kedua yang diselenggarakan Minggu (17/2) malam baru saja usai. Namun debat yang membahas tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan malam ini dinilai gagal.

Kedua Calon Presiden Jokowi dan Prabowo dinilai gagal dalam menjabarkan visi misi mereka dalam setiap bidang secara detail. Debat dianggap hanya membahas hal yang bersifat normatif.

Di sektor energi misalnya, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan di awal sebenarnya debat sempat dibuka dengan menarik. Saat itu Calon Presiden Jokowi menyatakan akan memperbaiki kondisi lingkungan di dalam negeri dengan sebanyak-banyaknya mengurangi pemakaian energi fosil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi menawarkan peningkatan konsumsi energi ramah lingkungan, sementara Prabowo menawarkan energi yang murah bagi masyarakat. Namun sampai dengan sesi debat berakhir, kedua calon presiden tersebut tak satu pun yang melengkapi visi mereka dengan rencana yang konkret.


Alhasil, visi misi yang disampaikan terkesan 'nanggung'. Visi energi murah yang ditawarkan Prabowo juga cenderung membingungkan.

Mamit mengatakan visi tersebut bisa menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat, apakah nantinya energi murah nanti tersebut akan diberikan dengan memberikan subsidi besar terhadap BBM dan listrik atau dalam bentuk lain.

"Sebagai pendengar, tentu kami ingin mendengar bagaimana caranya energi murah itu diberikan? Apa yang akan diberikan Prabowo? Nah, ini kan jadi kesempatan yang hilang bagi Prabowo untuk meyakinkan masyarakat tentang tawaran tersebut," katanya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (17/2) malam.

Ekonom CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan dalam debat Prabowo juga belum bisa melepaskan narasi dan pandangan yang pernah ia bawa dalam Pemilihan Presiden 2014 lalu. Prabowo juga belum mampu mendukung pernyataannya dengan data yang baik.


Senada dengan Mamit, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan penjabaran visi misi di seluruh topik yang dibahas dalam debat memang tidak memberikan gambaran mengenai rencana konkret yang akan mereka lakukan dalam membangun ekonomi dalam negeri kalau mereka terpilih menjadi presiden.

"Jadi keduanya menyampaikan pernyataan yang cukup mengambang. Jadi ini membuat pemilih tak bisa menentukan pilihan, semua topik yang dibahas ini menganga lebar," papar dia.

Tak Nyambung

Bukan hanya mengambang, dalam menjabarkan visi dan misi serta menjawab pertanyaan, masing-masing calon juga terkesan jawabannya tidak nyambung. Ambil contoh ketika Prabowo mempertanyakan kebijakan impor pangan yang dilakukan Jokowi semasa menjadi presiden.

Seperti diketahui, Jokowi memang memiliki mimpi besar dalam membawa Indonesia menjadi negara berswasembada pangan dalam tiga tahun. Jokowi dalam sesi debat memang menjelaskan keberhasilannya dalam menekan impor jagung turun 3,3 juta ton dari 3,5 juta ton menjadi tinggal 180 ribu ton.


Tapi kemudian jawabannya di pertengahan debat melebar kemana-mana. Jokowi malah menyambungkan janji swasembada pangan yang pernah ia sampaikan dengan masalah stabiliasi harga pangan.

Fithra mengatakan dua masalah tersebut berbeda dan tak bisa disambungkan begitu saja. Dari sisi Prabowo, Fithra melihat ketidakjelasan terjadi saat isu pengembangan unicorn di Indonesia dilontarkan Jokowi.

Prabowo kelihatan gugup dengan pertanyaan tersebut. Karena kegugupan tersebut, jawaban Prabowo terkesan normatif dan tidak jelas. 

Prabowo memang sempat menyebut untuk mendukung berkembangnya unicorn di dalam negeri diperlukan adanya sarana dan regulasi memadai. Tapi, ia juga tidak mampu menjelaskan secara detail dan rinci mengenai langkah yang akan ia lakukan untuk mendukung pengembangan tersebut.

Raut muka Prabowo juga tampak kebingungan ketika mendapatkan pertanyaan tersebut. 


Menang Jokowi

Fithra menilai secara keseluruhan debat bertema ekonomi dan lingkungan hidup Minggu malam ini banyak dimenangkan oleh Jokowi. Prabowo dalam debat memang banyak menyerang Jokowi atas pencapaianya selama menjadi presiden.

Serangan antara lain berkaitan dengan kebijakan impor pangan yang masih dijalankan pemerintahan Jokowi, pembangunan infrastruktur yang berdampak pada pembengkakan jumlah utang pemerintah dan perampasan lahan rakyat.

Tapi serangan tersebut berhasil ditangkis Jokowi. Walaupun, jawaban Jokowi atas serangan yang dilancarkan Prabowo dijawab dengan data yang valid.

"Contohnya seperti ketika ia menyerang Prabowo dengan data kepemilikan lahan di Aceh dan Kalimantan Timur yang ternyata hanya berbentuk Hak Guna Usaha (HGU). Bahkan data yang disediakan Jokowi juga overclaim, seperti konflik agraria demi proyek infrastruktur yang menurun. Tapi datanya, malah 2014 hingga 2018 ini banyak konflik," pungkas dia.



(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER