Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (
BKPM) akan fokus menyasar
investasi sektor
ekonomi digital. Fokus dibuat demi mengantisipasi proyeksi turunnya investasi sektor riil.
Maklum, beberapa negara belakangan ini memproyeksi pertumbuhan ekonomi mereka bakal menurun dalam beberapa waktu ke depan. Salah satunya, China.
Pada Selasa, pemerintah China memproyeksi pertumbuhan ekonominya hanya di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen. Sebelumnya, China menargetkan pada 2019 ekonomi mereka bisa tumbuh ke kisaran 6,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain China, proyeksi penurunan juga disampaikan Bank Sentral Eropa yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 1,9 persen ke 1,1 persen. Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan penurunan proyeksi tersebut tentu bisa mempengaruhi arus investasi keluar (
outward investment) di sektor riil.
Menurutnya, kondisi tersebut akan juga berdampak ke Indonesia. Namun pengaruh tersebut bisa dikompensasi dengan sektor ekonomi digital. Thomas mengatakan iklim investasi digital di Indonesia masih menjanjikan.
Data lembaganya, hingga 2018 kemarin, sektor ekonomi digital menyumbang 8,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 2020 mendatang, sektor ekonomi digital diharapkan bisa mencatat nilai
output sebesar US$130 miliar dan bisa berkontribusi 11 persen dari PDB yang diasumsikan sebesar US$1,2 miliar.
"Jadi memang arus modal dari ekonomi digital kami harap bisa menyelamatkan (pertumbuhan) penanaman modal asing ke depan," jelas Thomas, Senin (11/3).
Hanya saja, ia tak menyebut target investasi sektor ekonomi digital di tahun ini. Namun menurut catatan BKPM sebelumnya, rata-rata investasi sektor ekonomi digital dalam empat tahun terakhir mencapai US$2 miliar hingga US$3 miliar dalam setahun.
Thomas berharap, realisasi investasi ekonomi digital akan menjadi andalan tahun ini selain sektor hilirisasi tambang seperti; smelter dan industri logam. Menurut data BKPM per akhir tahun lalu, penanaman modal asing di industri logam dasar, barang logam, dan bukan mesin dan peralatannya masih tercatat US$2,22 miliar atau mencapai 7,57 persen dari total PMA yang sebesar US$29,31 miliar.
[Gambas:Video CNN]"Arus modal ekonomi digital ini tak ada perlambatan, dan ini cukup istimewa bagi Indonesia. Tak ada tren menurun dan melemah, tetap selalu jalan terus," jelas dia.
Selain dari ekonomi digital, BKPM juga masih berharap berkah dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Sebab, setelah perang dagang dimulai, banyak perusahaan padat karya di China yang berniat relokasi industrinya ke negara lain untuk mendapat bea impor yang lebih murah, termasuk Indonesia.
Jika Indonesia bisa mendapat kesempatan itu, ada peluang pertumbuhan PMA ke dalam negeri bisa lebih banyak lagi. Meski demikian, beberapa pelaku industri padat karya di China masih menunggu kepastian negosiasi perang dagang antara AS dan China yang masih berlangsung hingga saat ini.
"Terus terang pelaku usaha dan pemilik proyek di China ini menunggu negosiasi China dan AS. Tapi harusnya, tanpa perang dagang pun mereka (perusahaan di China) akan pindah karena China tidak bisa terlalu
over produksi di industri dasar dan teknologi tinggi. Karena penyerapan pekerja padat karya akan susah, makanya mereka akan menyasar Bangladesh termasuk ke Indonesia. Ini sedang kami upayakan agar masuk ke Indonesia," jelas dia.
Menurut data BKPM, Indonesia mencatat realisasi PMA sebesar Rp392,7 triliun. Angka ini menurun 11,6 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp430,5 triliun. Meski demikian, secara total, realisasi investasi tercatat Rp721,3 triliun atau naik tipis 3,5 persen dari tahun sebelumnya Rp692,8 triliun. Adapun, BKPM menargetkan realisasi investasi tahun ini sebesar Rp792,3 triliun.
(glh/agt)