Jakarta, CNN Indonesia -- Moda Raya Terpadu (
Mass Rapid Transit/
MRT) yang hari ini mulai tahap uji coba mendapat sambutan beragam dari masyarakat
DKI Jakarta dan sekitarnya. Ada yang menyambut sangat antusias kehadiran transportasi massal baru itu, adapula yang skeptis dengan membandingkan skala ekonomi transportasi sebelum beralih menggunakan MRT.
Faktor tarif MRT menjadi pertimbangan utama calon penumpang, khususnya bagi mereka yang terbiasa menggunakan kendaraan sepeda motor untuk mobilitas. Biaya yang dikeluarkan untuk naik MRT dibandingkan mengendarai sepeda motor harus lebih kompetitif. Jika tidak, mereka mengaku akan berpikir ulang untuk naik MRT tiap harinya.
Denny Ramdani (43) mengaku masih akan hitung-hitung soal harga tiket MRT sebelum memutuskan untuk beralih ke transportasi massa itu. Saat ini, Denny bekerja di Internasional Financial Centre (IFC) Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang berdomisili di Ciputat, Tangerang Selatan ini biasanya memilih membawa sepeda motor pribadi atau menggunakan layanan ojek online untuk ke kantor tiap harinya.
"Kalau tiketnya mahal, saya mending bawa sepeda motor. Sebab, saya harus menitipkan sepeda motor di stasiun dan bayar tiket MRT untuk pulang pergi," kata Denny kepada
CNNIndonesia.com.
Sebagai perbandingan, Denny harus merogoh kocek sebesar Rp15 ribu per hari untuk biaya transportasi jika menggunakan sepeda motor pribadi. Rinciannya, biaya bensin Rp10 ribu dan tarif parkir Rp5.000 .
Jika pemerintah mematok tarif MRT sebesar Rp10 ribu, maka Denny harus mengeluarkan uang lebih besar ketimbang menggunakan kendaraan pribadi, yaitu Rp25 ribu. Biaya itu untuk tiket MRT pulang pergi Rp20 ribu, dan Rp5.000 untuk penitipan motor di stasiun.
"Kalau harga tiket MRT Rp5.000, boleh lah saya pakai MRT. Toh, naik motor juga tidak terlalu macet. Mungkin lebih cepat kalau pakai MRT," imbuhnya.
Denny mengetahui jika PT MRT Jakarta melakukan uji coba operasional MRT kepada masyarakat. Namun demikian, ia belum mendaftar meski mengaku berminat untuk menjajal MRT.
"Hari Sabtu-Minggu penuh yang daftar, jadi saya belum ada waktu yang pas untuk ikut daftar," jelasnya.
Ia mengaku pembangunan MRT selama ini menambah tingkat kemacetan di sepanjang jalur. Bahkan, dengan menggunakan sepeda motor bisa menambah waktu hingga 30 menit. Guna menyiasati hal itu, ia mengaku memilih jalur yang tidak dilewati pembangunan MRT.
Pendapat tak jauh berbeda disampaikan oleh Nehru Hindira Pradomas (32) warga Sawangan Depok. Salah satu stasiun MRT kebetulan berada di depan kantornya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta Selatan. Atas dasar itu, ia mengaku mempertimbangkan menggunakan MRT untuk berangkat ke kantor dengan cara menitipkan sepeda motornya di stasiun Lebak Bulus.
Dengan catatan, tarif MRT lebih ekonomis dibanding ongkos transportasi menggunakan sepeda motor pribadi. "Karena saya juga belum tahu biaya yang harus saya keluarkan setiap hari nantinya, apakah lebih sedikit ketimbang berkendara motor atau justru lebih mahal," katanya.
Ia merinci, biaya transportasi setiap harinya jika menggunakan kendaraan pribadi sebesar Rp12.500. "Jadi ya kalau tiketnya di kisaran Rp5.000 baru saya bisa naik MRT," jelasnya.
Selain tarif, pertimbangan keamanan juga menjadi isu utama bagi Nehru. Dengan pertimbangan itu, ia memutuskan tidak menjajal uji coba operasional MRT pada 12-24 Maret 2019.
"Saya mau lihat perkembangan selanjutnya dulu sebelum daftar uji coba, perkembangan dari sisi kemananan dan kenyamanan yang pasti," katanya.
 (CNN Indonesia/Safir Makki). |
Pemprov DKI Jakarta mengusulkan besaran tarif senilai Rp10 ribu per 10 km. Dengan tarif tersebut, asumsi subsidi yang ditanggung Pemprov sekitar Rp21.659 per penumpang atau Rp338 miliar per tahun.
Sementara itu, PT MRT Jakarta mengusulkan tarif MRT sekitar Rp8.500 per 10 km. Dari usulan tersebut, total subsidi yang harus ditanggung Pemprov mencapai Rp365 miliar per tahun.
Semua Soal KenyamaanSelain tarif MRT, faktor kenyamanan juga menjadi perhatian warga dalam memilih MRT. Mereka berharap MRT menawarkan kenyamanan lebih baik ketimbang Kereta Rel Listrik (KRL) yang identik dengan berdesakan antar penumpang.
"Kalau tidak sepenuh KRL saya berminat untuk naik MRT. Kalau KRL sudah penuh sekali, bahkan gerbong khusus cewk juga desak-desakan," tutur Sasa (22) seorang karyawan swasta di Sona Topas Tower, Jakarta Selatan.
Sasa yang merupakan warga Cibubur ini mengaku tidak mempersoalkan masalah tarif. Ia menyebut usulan tarif pemerintah masih dalam batas wajar. Meskipun nantinya, ia harus menitipkan motor ke stasiun terdekat. Selama ini sasa menggunakan kendaraan pribadi sepeda motor atau naik ojek online untuk bepergian ke kantor.
"Pertimbangan saya memilih MRT lebih kepada tidak macet, asalkan tidak desak-desakan seperti KRL," katanya.
Senada, Rina (28) mengaku akan menggunakan MRT jika terbukti nyaman. Selain kenyamanan, ia juga berharap MRT tidak sering mengalami gangguan listrik, lantaran hal itu sangat menggangu aktivitasnya.
"Harapannya kalau MRT tidak macet jadi bisa lebih cepat," kata Rina yang merupakan warga Pondok Cabe.
Karyawan swasta yang berkantor di Gedung WTC III, Jakarta Selatan ini mengaku biasa menggunakan Trans Jakarta untuk berangkat ke kantor. Jika tidak, ia mengendarai kendaraan pribadi bersama sang suami.
Soal tarif, ia menuturkan batas maksimal biaya MRT adalah Rp15 ribu. "Kalau Rp8 ribu-Rp10 ribu masih terjangkau menurut saya," katanya.
Kendati demikian, baik Sasa maupun Rina mengaku belum mendaftarkan diri untuk mengikuti uji coba operasional MRT. Niat keduanya terhalang oleh jadwal pekerjaan yang padat.
PT MRT Jakarta sebagai pengelola telah menyediakan periode uji coba sejak tanggal 12-24 Maret 2019. Dengan uji coba ini, masyarakat umum bisa menikmati fasilitas MRT secara cuma-cuma.
PT MRT Jakarta menargetkan jumlah masyarakat yang melakukan uji coba hingga 24 Maret 2019 sebanyak 285 ribu orang. Pada uji coba perdananya, jumlah maksimal masyarakat yang bisa mencoba MRT hanya 4 ribu. Selanjutnya, kapasitas tersebut akan ditingkatkan setiap hari hingga mencapai total 285 ribu penumpang.
[Gambas:Video CNN] (ulf/lav)