Neraca Dagang Surplus, Sri Mulyani Akan Tetap Waspada

CNN Indonesia
Jumat, 15 Mar 2019 12:27 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tetap waspada meski neraca dagang tercatat surplus. Sebab, kinerja ekspor dan impor menurun secara bulanan dan tahunan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tetap waspada meski neraca dagang menunjukkan surplus. Sebab, kinerja ekspor dan impor menurun secara bulanan dan tahunan. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Serang, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tetap mewaspadai perkembangan neraca perdagangan meski kinerjanya pada Februari lalu tercatat surplus US$330 miliar. Pasalnya, kinerja ekspor dan impor menurun baik secara bulanan maupun tahunan.

"Paling tidak, dengan surplus ini memberikan suatu sinyal positif kepada kita. Namun, pekerjaan rumahnya masih banyak dan masih harus kami lakukan," ujar Sri Mulyani di sela kegiatan "Sinergi Program Pemerintah Untuk Kesejahteraan Rakyat" di Kampung Pojok, Desa Sindang Sari, Serang, Banten, Jumat (15/3).

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor pada bulan lalu merosot 11,33 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi US$12,53 miliar. Sementara, kinerja impor tercatat turun 13,98 persen manjadi US$12,2 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kami juga harus lihat faktor-faktor apakah ini bentuknya musiman karena biasanya bulan Februari, Maret ini adalah faktor musiman penurunan ataukah ada sesuatu yang sifatnya lebih fundamental seperti dampak dari pelemahan ekonomi dunia," jelasnya.

Untuk impor, misalnya, Sri Mulyani harus memastikan apakah penurunan tersebut terjadi karena industri domestik mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal yang tadinya diimpor.

Jika tidak ada substitusinya maka penurunan impor akan berdampak pada aktivitas industri. "Jadi nanti kami akan lihat statistiknya lebih dalam," terang dia.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Februari surplus US$330 juta. Kinerja ini lebih baik dibandingkan Januari yang mencatat defisit US$1,16 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menuturkan defisit neraca perdagangan disebabkan karena jumlah ekspor lebih besar dibandingkan impornya. Tercatat, ekspor Februari di angka US$12,53 dan impornya di angka US$12,2 miliar.

Ia menyebut nilai ekspor sebesar US$12,53 miliar sebetulnya menurun dibanding bulan sebelumnya, yakni US$13,93 miliar. Hal ini disebabkan dua faktor, yakni penurunan harga komoditas non-migas serta tren secara tahunan.

[Gambas:Video CNN] (sfr/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER