Jakarta, CNN Indonesia -- Imbal hasil
obligasi negara zona
Eropa meningkat pada Senin (1/4), karena lonjakan tak terduga dari data aktivitas manufaktur
China yang meredakan kekhawatiran tentang risiko resesi global.
Namun, melihat perubahan cara investor memandang prospek pertumbuhan dan inflasi, imbal hasil obligasi zona Eropa tetap jauh di bawah level yang diperdagangkan sebulan lalu.
Imbal hasil obligasi Jerman bertenor 10 tahun turun 26 basis poin bulan lalu ke wilayah negatif dalam penurunan bulanan terbesar sejak Juni 2016, ketika Inggris memilih meninggalkan Uni Eropa. Namun, data saat ini membawa ketenangan di pasar global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Caixin/Markit China (PMI) meningkat pada laju terkuat dalam delapan bulan pada Maret 2019, naik menjadi 50,8 dari level Februari sebesar 49,9.
Imbal hasil obligasi Jerman bertenor 10 tahun naik tiga basis poin menjadi minus 0,04 persen, dari posisi terendah dalam 2 tahun di minus 0,09 persen.
Di seluruh blok mata uang Euro, imbal hasil obligasi 10 tahun naik sekitar 23 bps pada hari itu. Penjualan lebih besar pada kurva yield jangka panjang, dengan imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun di Jerman dan Prancis masing-masing lebih tinggi 46 bps.
"Fokus pekan lalu adalah pada acuan bank sentral dan pekan ini pada data yang menunjukkan tanda-tanda stabilisasi," kata ahli strategi suku bunga Commerzbank Rainer Guntermann seperti dikutip dari
Reuters, Senin (1/4).
Anggota Dewan ECB Sabine Lautenschlaeger mengungkapkan inflasi zona Eropa akan membutuhkan waktu lebih lama untuk naik karena ketidakpastian politik membebani pertumbuhan. Di saat bersamaan, Bank Sentral Eropa meremehkan kelonggaran di pasar tenaga kerja.
(reuters/lav)