Jakarta, CNN Indonesia -- Karyawan PT
Angkasa Pura II (persero) resah dengan wacana pembentukan holding
BUMN Sarana dan Prasarana Perhubungan Udara. Mereka yang tergabung dalam
Serikat Karyawan PT Angkasa Pura II (
Sekarpura II) khawatir pembentukan tersebut akan berdampak pada kesejahteraan di masa datang.
Atas keresahan tersebut, mereka dalam pernyataan resmi yang dirilis
DPC Sekarpura II Bandara
Soekarno-Hatta Bidang Informasi Teknologi dan Publikasi dan Antar Lembaga menyatakan keberatan dengan rencana pembentukan holding tersebut.
"Sikap tersebut diambil dengan mempertimbangkan hasil rapat pleno pengurus
DPC Bandara
Soekarno-Hatta serta aspirasi yang disampaikan karyawan Angkasa Pura II baik melalui pesan pribadi kepada pengurus maupun kanal media sosial," kata serikat pekerja, Jumat (12/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satunya karena tidak adanya jaminan atau garansi kesejahteraan karyawan di masa mendatang setelah berubah status menjadi Perseroan Terbatas," demikian para pekerja.
Untuk menyatakan keberatan tersebut, serikat karyawan sudah berupaya untuk menyampaikan surat keberatan mereka kepada Kementerian BUMN. Tapi, surat tersebut tidak mendapatkan jawaban dari Kementerian BUMN.
Sebagai informasi, pemerintah berencana membentuk holding BUMN penerbangan. Menteri BUMN Rini Soemarno beberapa waktu lalu mengatakan holding BUMN tersebut nanti akan membawahi perusahaan pelat merah di sektor penerbangan seperti, Angkasa Pura I, Angkasa Pura II dan Garuda Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan s
urat bersifat rahasia Rini ke Menteri Keuangan Sri Mulyani soal pembentukan Holding BUMN Penerbangan, PT Surva Udara Penas (Persero) akan dijadikan induk holding tersebut.
Untuk mendukung perusahaan tersebut, pemerintah
akan memperkuat struktur permodalan dengan memberikan penyertaan modal ke perusahaan tersebut. Modal rencananya berasal dari pengalihan seluruh saham Seri B milik negara yang terdapat pada Angkasa Pura I, Angkasa Pura II dan Garuda Indonesia.
Berdasarkan Pasal 2 rancangan peraturan pemerintah tersebut, dari Angkasa Pura I, penambahan penyertaan modal saham seri B sebanyak 6.414.411 saham dan dari Angkasa II sebanyak 15.971.651.
Sementara itu, dari Garuda Indonesia modal yang diberikan sebanyak 15.670.777.621 saham.
(agt/agt)