Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (
BEI) memastikan sudah memanggil manajemen PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor
laporan keuangan perusahaan, pada Selasa (30/4).
Pemanggilan itu berkaitan dengan dua pendapat yang berbeda antara pihak komisaris dan manajemen terhadap pembukuan neraca keuangan 2018.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan pihaknya sudah meminta manajemen Garuda Indonesia memberikan penjelasan tertulis terkait pengakuan pendapatan atas piutang dari PT Mahata Aero Teknologi (Mahata). Ia menyatakan terus melakukan koordinasi dengan maskapai penerbangan pelat merah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk memperjelas transaksi atas pendapatan tersebut, Bursa akan mengadakan
hearing pada Selasa 30 April," ungkap Nyoman kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (26/4).
Sejauh ini, BEI sedang menelaah transaksi kerja sama Mahata dengan Garuda Indonesia, lalu pos piutang dan pendapatan Garuda Indonesia. Namun, Nyoman belum bisa memastikan apakah ada potensi manipulasi dalam pembukuan 2018.
"Terkait berita mengenai laporan tahunan Garuda tahun 2018, Bursa telah dan sedang mempelajari," tegasnya.
Ia juga tak menjelaskan lebih lanjut terkait potensi revisi keuangan Garuda Indonesia akibat polemik yang terjadi di tubuh internal perusahaan. Nyoman juga tak menjawab soal sanksi yang diberikan kepada manajemen dan kantor akuntan publik jika ada kesengajaan memanipulasi laporan keuangan tahun lalu.
Diketahui, komisaris yang tak sepakat dengan manajemen terkait neraca keuangan perusahaan penerbangan tersebut adalah Chairal Tanjung dan Dony Oskaria. Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd selaku pemilik dan pemegang 28,08 persen saham Garuda Indonesia.
Mereka tidak mengakui pendapatan transaksi yang tertuang di dalam perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan antara Mahata dan anak usaha Garuda Indonesia, yakni PT Citilink Indonesia.
Masalahnya, pendapatan sebesar US$239,94 juta yang merupakan pendapatan Garuda Indonesia atas kerja sama itu belum juga dibayarkan oleh Mahata hingga akhir 2018. Namun, manajemen tetap mengakuinya sebagai pendapatan perusahaan.
Keputusan itu membuat kinerja Garuda Indonesia terlihat lebih baik pada 2018. Bila pada 2017 masih rugi sebesar US$216,58 juta, perusahaan tercatat membukukan laba pada 2018 sebesar US$809,84 ribu.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)