Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Delta Djakarta Tbk (DLTA) menargetkan pendapatan dan
laba bersih perusahaan tahun ini tumbuh single digit berkisar 8 persen-9 persen. Angka itu terbilang rendah dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu yang meningkat dua digit.
Direktur Independen Delta Djakarta Ronny Titiheruw mengatakan bisnis penjualan bir masih terkendala dengan sejumlah aturan yang membatasi penjualan dan pemasaran di beberapa daerah. Ia mencontohkan Cirebon menjadi salah satu kota yang melarang penjualan bir 100 persen melalui peraturan daerah (perda).
"Kami ada tantangan dari segi regulasi juga, misalnya muncul perda-perda baru atau perda lama yang diaktifkan kembali. Itu mempengaruhi penjualan kami," imbuh Ronny, Rabu (19/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun begitu, Ronny memastikan manajemen tak tinggal diam. Perusahaan berupaya lebih banyak menjual produk bir ke daerah wisata, seperti Bali, Labuan Bajo, dan Indonesia bagian timur.
"Kami masuk ke pasar-pasar yang bisa tumbuh seperti di Bali, Indonesia bagian timur. Lalu, daerah-daerah wisata, seperti Raja Ampat dan Laboan Bajo. Itu masih ada potensi," jelasnya.
Selain itu, Ronny mengklaim telah memiliki sejumlah program lainnya untuk mendongkrak penjualannya tahun ini. Jika itu berhasil, ia optimistis penjualan dan laba bersih perusahaan mampu tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu.
"Mudah-mudahan kalau nanti semua rencana program-program kerja di bidang sales berjalan dengan baik, maka bisa jaya seperti tahun lalu, tetapi kami jaga minimal tumbuh 8 persen sampai 9 persen," terang dia.
Seperti diketahui, penjualan Delta Djakarta pada 2018 lalu tumbuh 14,88 persen dari Rp777,31 miliar menjadi sebesar Rp893,01 miliar. Walhasil, laba bersih ikut naik 20,85 persen menjadi Rp338,07 miliar.
Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya belum berencana merilis produk bir non alkohol seperti kompetitornya, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Perusahaan masih fokus memasarkan produk terbarunya, yaitu varian anker lychee.
"Kami melihat penjualan dari anker lychee bisa menumbuhkan penjualan kami," tutur Ronny.
Sementara, perusahaan juga berpotensi menaikkan harga jual seiring dengan kenaikan cukai per 1 Januari 2019 lalu. Hanya saja, ia menyebut pihaknya masih mengkaji kondisi beberapa waktu ke depan.
"Kalau beban biaya meningkat, mau tidak mau kami harus menyesuaikan harga juga. Tapi belum disampaikan sekarang, masih hitung-hitung," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN] (aud/bir)