Pemerintah Berharap Bunga Surat Utang Semester II Lebih Murah

CNN Indonesia
Kamis, 11 Jul 2019 18:09 WIB
Kementerian Keuangan berharap bisa menurunkan tingkat kupon untuk penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) selanjutnya pada semester II 2019.
Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharap bisa menurunkan tingkat kupon untuk penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) selanjutnya pada semester II 2019.

Hal ini sejalan dengan sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang berpotensi penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan tren penyusutan suku bunga acuan tahun ini akan berdampak positif terhadap pasar obligasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada akhirnya, pemerintah sebagai penerbit instrumen jelas akan diuntungkan karena dana untuk membayar bunga utang kepada investor jadi lebih sedikit.


"Kalau kecenderungan tingkat bunga turun ini bagus untuk obligasi. Harga cenderung akan naik, tingkat bunga turun. Kalau begitu bagus, bisa semakin marak," ucap Loto, Kamis (11/7).

Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal untuk memangkas suku bunga acuan bulan ini. Ia mengaku perlu melakukan pelonggaran moneter di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

Jika The Fed merealisasikan hal tersebut, Bank Indonesia (BI) juga berpotensi mengikuti langkah The Fed. Walhasil, pemerintah memiliki peluang untuk menurunkan tingkat bunga instrumen surat utang yang akan diterbitkan selanjutnya pada sisa tahun ini.

"Dari pemerintah kalau imbal hasil turun, beban biaya juga berkurang. Ini berarti bisa digunakan untuk aspek pembangunan lain," ujar dia.


Namun, Loto tak bisa memastikan tingkat bunga yang akan ditawarkan kepada investor untuk penerbitan surat utang selanjutnya. Hal yang pasti, penentuan imbal hasil bagi pasar akan disesuaikan dengan kondisi pasar.

"Kami akan terus perhatikan dari obligasi negara di pasar sekunder, kan SBR tetap bagian dari instrumen obligasi, instrumen pasar keuangan. Jadi kondisi pasar keuangan saat menerbitkan seperti apa," jelasnya.

Sama halnya seperti saat menentukan tingkat bunga yang diberikan dari penerbitan Surat Utang Negara (SUN) berbentuk Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR007 yang resmi diterbitkan hari ini. Pemerintah menurunkan bunga menjadi 7,5 persen dari surat utang sebelumnya di level 7,95 persen.

"Saat menetapkan 7,5 persen juga sudah memperhatikan kecenderungan suku bunga acuan," pungkas Loto.


Sebagai informasi, pemerintah baru saja merilis SBR007 hari ini. Investor ritel sudah mulai bisa membeli dalam masa penawaran pada 11 Juli hingga 25 Juli 2019.

Investor bisa memesan lewat 20 mitra distribusi yang bekerja sama langsung dengan pemerintah. Mitra distribusi itu terdiri dari perbankan, perusahaan sekuritas, dan perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech).

Beberapa perbankan yang bisa melayani investor untuk membeli SBR007, contohnya PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk.

Kemudian, perusahaan sekuritas yang bisa melayani pembelian SBR007 adalah PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Bahana Sekuritas.

[Gambas:Video CNN]

Fintech yang menjadi mitra adalah T Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Captile (Tanamduit), dan PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee). Lalu PT Investree Radhika Jaka (Investree) dan PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku). (aud/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER