Pemerintah dan DPR Yakin Belanja Subsidi Hemat Rp11 T di 2019
CNN Indonesia
Senin, 22 Jul 2019 19:05 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Ilustrasi subsidi. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah cukup percaya diri bila realisasi belanja subsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 akan lebih hemat sekitar Rp11,92 triliun atau 5,31 persen dari pagu yang disiapkan mencapai Rp224,32 triliun. Proyeksi ini turut diamini oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dalam rapat kerja laporan APBN semester I 2019 yang berlangsung di Badan Anggaran (Banggar) DPR, pemerintah dan lembaga legislatif menyetujui proyeksi realisasi belanja subsidi hanya akan menyentuh kisaran Rp212,4 triliun sampai akhir tahun. Anggota Banggar DPR dari Fraksi PPP Iskandar Dzulkarnain Syaichu mengatakan proyeksi ini didukung oleh sejumlah pertimbangan.
Salah satunya, perkembangan asumsi dasar ekonomi makro sampai dengan akhir tahun dan kebijakan penyelesaian kurang bayar subsidi. Selain itu, pemerintah berjanji akan pula melakukan pengendalian realisasi pupuk bersubsidi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor lain yang mempengaruhi adalah perbedaan realisasi volume BBM bersubsidi dan LPG tabung tiga kilogram (kg)," ungkapnya saat membacakan laporan prognosis APBN semester II 2019 dari pemerintah di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (22/7).
Sementara pada paruh pertama tahun ini, pemerintah telah menggelontorkan anggaran untuk subsidi sebesar Rp71,88 triliun. Realisasi itu baru sekitar 32,04 persen dari pagu yang disiapkan.
Kendati pemerintah melalui Kementerian Keuangan memperkirakan realisasi belanja subsidi bakal lebih hemat, proyeksi pembengkakan subsidi justru diberikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM. Khususnya pada penyaluran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan memperkirakan penyaluran BBM bersubsidi akan mencapai 5,87 juta kiloliter (kl) atau 5 persen di atas pagu APBN yang dipatok 15,11 juta kl.
Secara nilai, penyaluran subsidi sepanjang tahun ini diperkirakan akan menyentuh Rp33,83 triliun. Proyeksi itu 0,8 persen lebih besar dari alokasinya yang sebesar Rp33,55 triliun. Namun, jika dibandingkan realisasi tahun lalu yang tercatat Rp38,87 triliun, prognosa tersebut turun 13 persen.
Proyeksi peningkatan alokasi subsidi BBM disebabkan oleh meningkatnya volume penyaluran minyak Solar. Tahun ini, pemerintah mengalokasikan subsidi Solar sebesar Rp2.000 per liter.
Diperkirakan, hingga akhir tahun penyaluran minyak Solar akan mencapai 15,31 juta kl atau 5,6 persen di atas pagunya. Secara nominal, penyaluran subsidi minyak Solar tahun ini diperkirakan mencapai Rp30,62 triliun atau 5,6 persen melampaui alokasinya. Adapun hingga akhir Juni, subsidi Solar telah dialokasikan untuk 7,57 juta kl atau 52,2 persen dari alokasinya.
"(Penyaluran) Subsidi Solar (tahun ini) kalau kelebihan tidak akan banyak. Tidak akan lebih dari 1 juta kl," kata Jonan saat rapat dengan Komisi VII DPR pada pekan lalu.