ESDM Geregetan dengan Kelambanan Kerja Orang Pertamina

CNN Indonesia
Jumat, 16 Agu 2019 20:52 WIB
Kementerian ESDM geregetan dengan kelambanan orang Pertamina dalam mengambil keputusan terkait teknologi lifting minyak. Padahal, teknologi mereka sudah usang.
Ilustrasi. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menyentil PT Pertamina (Persero) terkait proses produksi siap jual (lifting) minyak. Setelah sebelumnya Menteri ESDM Ignasius Jonan meminta perseroan lebih gesit mengambil keputusan, kini giliran Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menyinggung perusahaan minyak negara itu.

Ia mengaku gregetan lantaran Pertamina dinilai lama mengambil keputusan terkait penggunaan teknologi lifting minyak. Teknologi yang dia maksud adalah metode perolehan minyak tahap lanjut atau Enhance Oil Recovery (EOR).

Untuk diketahui, EOR adalah metode meningkatkan cadangan minyak pada suatu sumur dengan cara mengangkat volume minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksi sumur minyak agar produksinya yang kental bisa diangkat ke permukaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, teknologi tersebut bisa membantu meningkatkan lifting minyak.  "Orang di lapangan ini lambat mengambil keputusan untuk teknologi EOR. Kalau itu segera diterapkan pasti naik, kalau tidak naik iris nih Plt Dirjen lehernya. Loh serius catat, fakta kok," katanya, Jumat (16/8).

Sayangnya, Pertamina baru mengimplementasikan teknologi itu pada beberapa sumur, salah satunya adalah Tanjung Field, Tabalong, Kalimantan Selatan. Selama ini, lanjutnya, teknologi yang digunakan Pertamina hanya mampu mengangkat produksi minyak sebesar 50 persen. Itu berarti, setengah dari potensi produksi minyak masih tersimpan di perut bumi.

"Saya tuh agak gregetan sama Pertamina. Kamu, silahkan cari di sumber mana pun minyak yang kami temukan sejak zaman Belanda, dengan teknologi saat ini itu hanya mampu maksimum kami angkat cuma 50 persen," tuturnya.

Untuk diketahui, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memaparkan 6 dari 10 kontraktor minyak terbesar belum mencapai target lifting minyak di semester I 2019. Menariknya, lima dari KKKS tersebut merupakan milik Pertamina, yaitu Pertamina EP, PHM, PHE OSES, PH ONWJ dan PKHT.

[Gambas:Video CNN]
SKK Migas mencatat realisasi lifting migas hingga akhir semester I 2019 mencapai 1,81 juta barel per hari (bph) atau 86 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Jika dirinci, realisasi lifting minyak sepanjang paruh pertama ini tercatat 752 ribu bph atau 97 persen dari target.

Sementara itu, realisasi penyaluran dan lifting gas selama enam bulan pertama tahun ini tercatat 5.913 mmscfd atau setara 1.056 ribu bph. Artinya, realisasi lifting gas baru mencapai 86 persen dari target APBN 2019.

CNNIndonesia.com sudah berupaya untuk meminta konfirmasi kepada Pertamina mengenai keluhan dari Kementerian ESDM tersebut. Namun, upaya konfirmasi melalui telpon dan pesan singkat yang dilakukan ke Vice President PT Pertamina sampai dengan berita ini diturunkan belum berbalas.
(ulf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER