Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) menggandeng beberapa perusahaan
fintech untuk meningkatkan digitalisasi perbankan. Upaya digitalisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan rasio dana murah atau
current account saving account (CASA).
Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi mengatakan kerja sama tersebut sudah dilakukan dengan perusahaan teknologi yang ada. "Tokopedia, Gojek, dan beberapa
fintech lain yang sudah dikenal oleh masyarakat," ujar Yuddy melalui keterangannya, Senin (23/9).
Untuk mengembangkan sistem IT yang semakin mutakhir, Bank BJB menyiapkan belanja modal sebesar Rp800 miliar yang akan digunakan pada 2019 hingga 2022. Dengan modal tersebut, Bank BJB menargetkan bisa menjadi bank yang
fully digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memerlukan
capex cukup baik agar bisa mengejar ketertinggalan," tegasnya.
Saat ini, porsi transaksi digital memang masih terbilang kecil, yakni 30 persen. Namun ke depannya, dengan perpindahan dari sistem manual ke digital bisa meningkatkan cakupan transaksi digital yang semakin tinggi. Salah satunya melalui aplikasi BJB Digi yang targetnya akan segera diluncurkan.
"Akan
booster digitalisasi di BJB melalui BJB Digi, sekarang sedang dalam proses persetujuan. Aplikasi BJB Digi ini akan menjadi perangkat yang akan meningkatkan CASA ratio dari digitalisasi," ujarnya.
Sebelumnya, Bank BJB telah meluncurkan sistem pembayaran berbasis QR code pada akhir bulan ini, dengan wilayah pertama di Braga Bandung. QR code BJB telah sesuai dengan QR Code Indonesian Standard (QRIS) yang baru saja diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus.
QRIS diluncurkan BI untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik berbasis
server, dompet elektronik, atau
mobile banking.QR code tersebut akan terkoneksi dengan aplikasi
mobile banking BJB, BJB Digi. Yuddy mengungkapkan QR code merupakan salah satu strategi perseroan masuk ke lebih dalam ke layanan digital. Selain itu BJB juga akan meluncurkan produk pembukaan rekening secara online.
"Kami berharap digitalisasi ini bisa meningkatkan rasio dana murah (CASA ratio) dari saat ini sekitar 45 persen menjadi 52 persen," pungkasnya.