Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati mengklaim Indonesia menjadi prioritas investasi The Japan Bank for International Cooperation (
JBIC). Lembaga pemberi kredit dari Jepang itu tertarik membiayai proyek-proyek
infrastruktur Presiden Joko Widodo (jokowi), terutama terkait fasilitas dan perumahan, serta pembentukan dana kelola investasi.
Hal ini disampaikan Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, kepada media usai mendampingi Jokowi menemui delegasi JBIC. "Pokoknya, kebutuhan investasi di Indonesia yang besar, mereka anggap sebagai salah satu negara prioritas dan destinasi (investasi)," ujarnya di Istana Negara, Jakarta, Selasa (3/12).
Hanya saja, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu masih enggan merinci proyek yang sekiranya akan mendapat aliran dana dari JBIC. Begitu pula dengan besaran kucuran dana yang akan diberikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya, mereka sudah cukup lama di sini. Jadi, mereka akan setiap saat fleksibel," tutur Ani.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya menyatakan JBIC tertarik memberi dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) ke Indonesia. Namun, ia belum memberi rincian jumlah nilai investasi dan proyek yang akan didanai.
"Nanti nilainya, tadi saya baru sampaikan ke presiden, kita tunggu angkanya kapan keluar," katanya.
Lebih lanjut Luhut mengatakan Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan berbagai daftar proyek infrastruktur dan mekanisme yang sekiranya bisa ditawarkan ke JBIC. Persiapan ini dilakukan oleh Luhut dan Ani, serta Menteri BUMN Erick Thohir.
Menurutnya, Indonesia perlu mempercepat realisasi investasi berskema dana abadi, karena sudah tertinggal dari negara-negara lain. Padahal, kebutuhan investasi untuk proyek infrastruktur nasional sangat besar.
"Kita agak ketinggalan dengan negara-negara lain soal sovereign wealth fund, misalnya Singapura, India, Egypt, Rusia, Arab, China, dan Jepang, mereka sudah punya, kita saja yang belum punya," terang Luhut.
Sebelumnya, ia menyatakan ide investasi berskema dana abadi dari JBIC berawal dari hasil negosiasi Indonesia saat melakukan kunjungan ke Jepang beberapa waktu lalu. Saat itu, Jokowi didampingi para menteri bertemu dengan Gubernur JBIC Tadashi Maeda.
"Kami mengatakan bahwa presiden sedang melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi nilai tambah. Ia (Maeda) sangat tertarik dengan itu dan mengatakan ini langkah yang hebat," jelasnya.
Salah satunya dengan membangun energi hijau, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan dan Papua.
[Gambas:Video CNN] (uli/bir)