Konsorsium Cardig-Changi Jadi Pemenang Tender Bandara Komodo

CNN Indonesia
Kamis, 26 Des 2019 20:29 WIB
PT Cardig Aero Service Tbk (CAS), Changi Airports International Pte Ltd (CAI), dan Changi Airports MENA Pte Ltd memenangkan tender pengembangan Bandara Komodo.
Konsorsium PT Cardig Aero Service Tbk (CAS), Changi Airports International Pte Ltd (CAI), dan Changi Airports MENA Pte Ltd menjadi pemenang lelang proyek pengembangan Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menetapkan konsorsium PT Cardig Aero Service Tbk (CAS), Changi Airports International Pte Ltd (CAI), dan Changi Airports MENA Pte Ltd sebagai pemenang lelang proyek pengembangan Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka berhasil menyingkirkan dua konsorsium lain yang menyerahkan dokumen penawaran kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Setelah melalui proses ketat dengan suatu penelitian kami tetapkan konsorsium PT Cardig Aero Service, Changi Airports International Pte Ltd, dan Changi Airports MENA sebagai pemenang lelang," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kamis (26/12).

Lebih lanjut, mereka akan melakukan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) untuk mengembangkan Bandara Komodo dengan waktu konsesi 25 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi menjelaskan konsorsium Cardig dan Changi terpilih lantaran mereka memiliki kompetensi teruji secara internasional. Harapannya, mereka dapat mengimplementasikan pengalamannya dalam mengembangkan Bandara Changi di Singapura di Bandara Komodo.

"Koneksi internasional penting untuk kita, kalau sekarang kita lemah. Walaupun negara besar tapi hub di Asia Tenggara adalah Singapura. Jadi kalau kita kerja sama dengan Singapura secara tidak langsung penumpang atau turis di sana akan terus ke Labuan Bajo, itu yang lebih besar dibandingkan uang investasinya," paparnya.

Lewat kerja sama, konsorsium Cardig dan Changi akan menanamkan investasi sebesar Rp1,2 triliun dalam kurun waktu maksimal lima tahun. Dana tersebut akan digunakan untuk belanja modal pengembangan Bandara Komodo. Selain itu, konsorsium juga akan menyediakan belanja operasional sebesar Rp5,7 triliun dalam kurun waktu 25 tahun.

"Setelah 25 tahun aset itu diserahkan kembali kepada pemerintah," imbuhnya.

Ruang lingkup dari KPBU Bandara Komodo meliputi merancang, membangun, dan membiayai pembangunan fasilitas sisi udara dan sisi darat. Dari sisi udara, konsorsium akan memperpanjang dan mengkeraskan landas pacu dari 2.400 meter menjadi 2.750 meter. Dengan panjang tersebut, Bandara Komodo akan mampu menampung pesawat jenis Airbus A300 yang biasanya melayani penerbangan langsung dari China dan Jepang.


Sedangkan dari sisi darat, konsorsium akan membangun fasilitas meliputi perluasan terminal penumpang domestik dan penumpang internasional, kantor dan gedung, serta fasilitas pendukung lainnya.

Budi menargetkan melalui pengembangan dari sisi darat, Bandara Komodo mampu menampung 4 juta penumpang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Saat ini, kapasitas Bandara Komodo baru bisa menampung 500 ribu penumpang.

"Timeline pembangunan landasan pacu paling lambat dua tahun dan terminal bertahap karena kami ingin mendapatkan penerbangan internasional yang potensial seperti China dan Jepang," tuturnya.

Selain itu, konsorsium juga akan bertanggung jawab atas operasional Bandara Komodo selama masa konsesi 25 tahun. Dalam masa itu, mereka juga harus memelihara seluruh infrastruktur dan fasilitas Bandara Komodo.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan keikutsertaan Changi dalam KPBU ini menunjukkan kepercayaan dan minat investasi mereka terhadap Indonesia.

"Investasi asing dalam skema KPBU merupakan kemajuan yang membuktikan bahwa Indonesia adalah tempat investasi yang menarik dan dalam rangka memperkenalkan Indonesia dalam mempersiapkan proyek baik dari kemampuan dan investasi sehingga investor asing memiliki kepercayaan kepada kita," ucapnya.

Ia menyatakan kedatangan konsorsium tersebut membantu pemerintah dalam merealisasikan target Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas pada 2020. Alasannya titik krusial pengembangan Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas adalah pengembangan Bandara Komodo sebagai pintu masuk wisatawan.

"Skema KPBU adalah salah satu bentuk alternatif pendanaan infrastruktur tidak memakai APBN dan meningkatkan belanja modal di bidang infrastruktur," imbuhnya.

[Gambas:Video CNN] (ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER