Jakarta, CNN Indonesia -- Ancaman
resesi membayangi ekonomi global pada 2020. Ditambah sengitnya geopolitik dan
perang dagang antara AS dan China. Tentu, dampaknya akan sangat berpengaruh terhadap
investasi.
Karenanya, investor harus lebih waspada dan cermat menempatkan portofolio investasi agar tidak buntung dan tetap dapat meraup untung.
Bagi Indonesia, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan menilai kondisi perekonomian domestik pada 2020 akan lebih baik jika dibandingkan 2019. Pasalnya, Indonesia sudah selesai dengan momentum Pemilu 2019 yang membuat ekonomi Tanah Air 'menantang'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada pemilu akan menguntungkan domestik. Tapi pasar akan dihadapkan faktor eksternal," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (27/12).
Alfred melihat pemerintah memiliki tantangan untuk mengurangi tekanan eksternal, seperti Pemilu AS terhadap ekonomi domestik. Meski demikian, ia optimistis hal itu bisa diatasi. Pasalnya, berkaca dari 2019, saat ini pasar sudah cukup yakin dan sensitif menghadapi turbulensi global.
Sepanjang 2019, rupiah menguat dan berhasil berada di bawah Rp14 ribu. Berbeda pada 2018 dengan kondisi rupiah berada di level Rp14.400.
Dengan kondisi tersebut, ia melihat akan ada tren positif untuk iklim investasi di Indonesia.
"Rupiah itu jadi indikasi. Kalau ada goncangan dari eksternal, rupiah bisa menguat. Ini artinya, pasar percaya diri, sehingga ancaman resesi mungkin tak berpengaruh besar," ungkap Alfred.
[Gambas:Video CNN]Keranjang SahamDi pasar modal, khususnya sektor saham, Alfred memprediksi Indeks Harga Saham Gabung (IHSG) akan bergerak di kisaran 6.700 hingga 7.000.
Sebagai gambaran, sepanjang 2019 IHSG terendah mencapai 5.767 dan IHSG tertinggi mencapai 6.636. Sehingga, pasar saham masih memiliki ruang penguatan.
"Jika dilihat dari kondisi tersebut, saham bisa memberi return (hasil) bagus. Tetapi, volatilitas jadi pertimbangan. Ada potensi return yang lebih besar, ada juga risiko yang
lebih besar," paparnya.
Setidaknya, ia meramalkan ada tiga sektor saham yang diprediksi kinclong pada 2020, yakni telekomunikasi, consumer goods, dan properti.
Sektor telekomunikasi ini, sambung dia, memberikan kontribusi besar untuk pertumbuhan ekonomi. Sementara, consumer goods akan kinclong karena daya beli masyarakat masih kuat.
Artinya, jika ada 'pukulan' resesi atau faktor eksternal lainnya, belanja masyarakat masih diprediksi kuat. Terutama, tahun depan, sektor ini akan mendapatkan peluang efisiensi jika ada perbaikan dari logistik dan infrastruktur.
Sementara, saham properti yang tahun ini melempem diprediksi mengilap karena peningkatan kepercayaan diri dari pasar.
"Tahun ini properti tidak cukup bagus. Belum menunjukkan pemulihan. Tetapi, 2020 dengan domestik yang lebih stabil akan muncul confident (rasa percaya diri) pasar," ungkap Alfred.
Menurut dia, sulit mengatakan saham menjadi investasi yang menarik untuk 2020, karena kecenderungan investasi saham untuk jangka panjang. Tetapi, ia menegaskan, tahun depan saham akan kembali bullish.
"Prediksi saham akan bullish," tegasnya.
Pasar UangTidak cuma saham, cuan dari pasar uang pun dinilai masih legit. Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra melihat ada empat instrumen yang dinilai menjadi aset aman untuk investasi pada 2020.
"Dengan ada ancaman resesi, biasanya (investasi) emas dan dolar AS," ujarnya.
 Aktivitas penukaran mata uang asing. (CNN Indonesia/Hesti Rika). |
Ia menilai dolar AS akan stabil karena banyak negara menggunakan mata uang tersebut. Apalagi, AS dengan peringkat utang cukup bagus, yakni tipe A, tidak pernah gagal bayar, sehingga ideal dijadikan instrumen investasi alternatif.
"Dolar AS jadi alternatif investasi lain, ketika market sedang krisis perlambatan," ungkap Ariston.
Dua mata uang lain yang cocok digunakan untuk investasi pada 2020 adalah Yen Jepang dan Franc Swiss.
"Kalau Yen Jepang bukan karena aman tapi karena mata uang ini dijadikan mata uang pinjaman," katanya.
Sementara, Franc Swiss dinilai sebagai salah satu mata uang di Eropa yang paling aman. Sehingga bisa dijadikan alternatif investasi di pasar uang.
Kilau Emas Belum PudarAriston melanjutkan emas juga berpotensi menguat sepanjang tahun depan. Di sepanjang tahun ini saja, harga emas melonjak lebih dari 17 persen dan tembus US$1.506,28 per troy ounce pada perdagangan usai libur Natal, Kamis (26/12).
Harga emas dunia bahkan sempat diproyeksi melampaui US$1.600 per troy ounce pada tahun ini, ditopang oleh pemangkasan suku bunga bank sentral AS dan dampak perang dagang AS-China.
Emas dianggap sebagai aset safe haven bagi investor yang deg-degan dengan geopolitik dan perang dagang dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut. Meskipun, beberapa pekan belakangan ini, kilau emas makin memudar seiring dengan membaiknya hubungan dagang AS-China.
(age/bir)