Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Garuda Indonesia (Persero) belum akan menghentikan sementara rute
penerbangan dari dan ke
China di tengah merebaknya wabah Virus Corona.
"Soal trayek (rute), kami belum ada plan (rencana) untuk menghentikan trayek," kata Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Gedung BUMN, Jakarta, Jumat (24/1).
Menurut Irfan, hal tersebut masih sulit dilakukan lantaran terdapat perjanjian maskapai untuk menerbangkan penumpang yang sudah membayar tiket pesawat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena adanya komitmen masa lalu, maksudnya komitmen masa lalu itu kan sudah order tiket segala macem, kami mesti harus hati-hati soal itu," ungkapnya.
Kendati demikian, Irfan memastikan bahwa Garuda tidak akan memaksakan perjalanan apabila kondisi penyebaran virus semakin parah.
Irvan menegaskan perseroan akan tetap memperhatikan pergerakan virus yang menyerang saluran pernafasan itu. Hal itu dilakukan agar virus tidak menyebar melalui maskapai.
"Otoritas di daerah masing-masing itu untuk memastikan bahwa pergerakan dari virus tersebut tidak menyebar melewati Garuda," tuturnya.
Sebagai informasi, penyebaran Virus Corona yang berasal dari Wuhan, China hingga kini sudah menyebar ke sejumlah negara, termasuk ASEAN.
Wabah virus corona diduga pertama kali muncul dari pasar ikan dan hewan yang berada di tengah kota Wuhan. Virus itu kemudian menyebar sejak 8 Desember 2019 hingga saat ini.
Pasar yang menjadi tempat penyebaran Virus Corona kemudian ditutup pada 1 Januari lalu. Dugaan awal, virus itu ditularkan dari hewan ke manusia. Belakangan dilaporkan infeksi virus sudah mencapai tahan antar manusia.
Wuhan sendiri merupakan kota terbesar di kawasan tengah China dan menjadi salah satu titik penghubung transportasi. Sampai saat ini dilaporkan jumlah orang yang terinfeksi Virus Corona di China mencapai 570 orang.
Tiga negara di Asia Tenggara telah mengonfirmasi kasus penyebaran Virus Corona antara lain Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Penyebaran Virus Corona menyerupai
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang menewaskan hampir 650 orang di daratan China dan Hong Kong pada 2002-2003 lalu.
[Gambas:Video CNN] (ara/sfr)