Jakarta, CNN Indonesia --
Saham-saham di bursa Asia anjlok pada perdagangan Senin (27/1) karena kekhawatiran dampak ekonomi dari penyebaran
virus corona. Akibatnya, investor melarikan modal ke aset-aset
safe haven, seperti
surat utang.
Indeks Nikkei 225 Jepang turun 2 persen, penurunan terbesar dalam lima bulan terakhir. Sementara, indeks ETF China AMC CSI 300 turun 2,20 persen.
Kemudian, kontrak berjangka E-mini untuk S&P 500 AS turun 1 persen, setelah jatuh 1,3 persen di awal perdagangan Asia. Saham-saham Eropa juga diperkirakan mengikuti, dengan penurunan saham berjangka utama Eropa diperdagangkan 1,2-1,4 persen lebih rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan sebagian besar pasar Asia ditutup, investor cepat membeli lindung nilai
risk-off (penghindaran risiko), seperti surat utang pemerintah dan menjual Nikkei," ujar Masahiko Loo, Manajer Portofolio Alliance Bernstein.
Ia memperkirakan saham-saham anjlok masih akan berguguran pada pekan ini. Paling tidak, sampai bursa saham China melanjutkan perdagangan pada pekan depan dan wabah virus corona mereda.
Diketahui, virus corona tidak cuma membahayakan kesehatan manusia, tetapi juga telah membuat kegiatan ekonomi terganggu. Pemerintah China sendiri memperpanjang libur Tahun Baru Imlek sampai 2 Februari, sehingga banyak pasar di Asia tak beraktivitas.
Informasi terbaru menyebut virus corona terus menyebar dan membunuh hingga 81 orang di China, dengan kasus orang terinfeksi mencapai 2.800 orang.
Akibat menyeruaknya virus corona, pelaku pasar terus waspada terhadap perkembangan tersebut. Apalagi, WHO telah menetapkan status darurat di China untuk epidemi ini.
[Gambas:Video CNN]Minyak JatuhTak cuma saham, harga minyak juga jatuh akibat berkembangnya virus corona. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok 3,8 persen hingga mencapai level terendah dalam 3,5 bulan terakhir ke posisi. US$52,15 per barel pada awal perdagangan.
Sementara, patokan internasional Brent merosot lebih dari tiga persen ke level terendah dalam tiga bulan terakhir ke posisi US$58,68 per barel.
"Investor akan bereaksi cepat terhadap tanda-tanda negatif dan tidak terkecuali ketika China mengumumkan bahwa masalah ini telah menjadi keadaan darurat. Ini bisa membuat harga minyak rapuh sampai virus corona menunjukkan tanda-tanda melambat," kata Mihir Kapadia, Kepala Eksekutif Sun Global Investments.
Sementara itu, harga spot emas naik sebanyak 1,0 persen menjadi US$1.585,80 per ons, level tertinggi sejak 8 Januari.
Kenaikan harga emas juga tak terlepas dari meningkatnya kekhawatiran atas penyebaran wabah virus di Wuhan, China, dan dampak ekonomi potensial mendorong investor membeli logam
safe haven.
(antara/bir)