Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Erick Thohir menargetkan pembentukan perusahaan induk (
holding)
rumah sakit (RS) pelat merah dapat meningkatkan pendapatan ke kisaran Rp8 triliun hingga Rp10 triliun. Berdasarkan laporan keuangan 2018, pendapatan konsolidasi rumah sakit dan klinik milik negara itu mencapai Rp5,6 triliun.
Ia menargetkan proses konsolidasi lanjutan perusahaan-perusahaan plat merah ini akan kembali dilakukan pada Juni mendatang.
Sejatinya,
holding RS BUMN telah dimulai pada era kepemimpinan Rini Soemarno pada 2016 lalu. Erick menilai
holding RS harus digenjot melihat realisasi yang belum kunjung tampak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsolidasi saya rasa
Insyaallah Juni sudah berjalan, di akhir tahun ini mungkin sudah bisa konsolidasi lebih besar lagi," jelas Erick pada Senin, (10/2).
Meski belum dapat merinci proses konsolidasi tersebut namun Erick mengatakan fase
pertama pengintegrasian akan dilakukan antara Indonesia Healthcare Corporation (IHC) dengan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).
Untuk tahap
kedua, disebutkan akan ada 5 RS BUMN yang akan diintegrasikan sementara sisanya akan dikejar pada tahap ketiga.
"Bagaimana dengan konsolidasi rumah sakit ini yang tadinya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tidak fokus ke kesehatan, sekarang fokus di kesehatan," papar Erick.
Untuk diketahui, PT Pertamina Bina Media (Pertamedika) yang mengelola 57 RS BUMN yang tergabung dalam Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Sejumlah BUMN yang memiliki RS di antaranya adalah PT Pertamina, PT Pelni, PT Pelindo, PT Krakatau Steel, dan holding Perkebunan Nusantara atau PTPN.
[Gambas:Video CNN]Selain
holding RS, Kementerian BUMN telah meresmikan
holding farmasi yang terdiri dari 3 perusahaan yaitu PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan Bio Farma sebagai induk Holding.
Kemunculan inisiatif pembentukan holding farmasi dilatarbelakangi oleh peningkatan pelayanan kesehatan dan menekan ketergantungan impor alat kesehatan dan bahan baku obat.
Diketahui hingga saat ini Indonesia masih bergantung pada pasokan luar di bidang kesehatan, tak tanggung-tanggung impor bertengger di angka 93 persen. Dengan holding farmasi ini diharapkan dapat menekan laju impor hingga 15 persen.
(wel/sfr)