Jakarta, CNN Indonesia -- Kadin menilai keputusan pemerintah menambah
cuti bersama memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi
pengusaha. Di satu sisi, tambahan libur dinilai menguntungkan sektor
pariwisata dan konsumer.
Namun, di lain pihak tambahan libur justru dianggap menekan sektor lainnya terutama manufaktur. Meskipun memberikan dampak ke dunia usaha, Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengaku pengusaha tidak dilibatkan dalam pembahasan tambahan liburan tersebut.
"Sepengetahuan saya kami tidak diajak bicara," katanya kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shinta sendiri memaklumi keputusan pemerintah tersebut. Ia hanya berprasangka baik bahwa kebijakan tersebut dilakukan karena pemerintah ingin menggerakkan sektor pariwisata dan konsumer yang belakangan tertekan wabah virus corona. Namun, ia menyatakan pemerintah juga perlu mempertimbangkan pengaruh tambahan libur kepada sektor lainnya.
"Penambahan cuti ini sifatnya tiba-tiba, sehingga mengganggu
planning (perencanaan), kinerja, dan target perusahaan di berbagai sektor lain selain pariwisata karena periode kerja normal menjadi lebih singkat," paparnya.
Untuk diketahui, pemerintah menambah cuti bersama Lebaran dua hari, yakni pada 28 dan 29 Mei 2020. Dengan tambahan itu, maka total maka libur pada periode Lebaran menjadi 10 hari termasuk Sabtu-Minggu, yakni mulai 22-31 Mei 2020.
Selain itu, pada 21 Mei dan 1 Juni juga ditetapkan sebagai hari libur nasional yakni Kenaikan Isa AlMasih dan Hari Lahir Pancasila. Dengan demikian, total hari libur menjadi 12 hari termasuk akhir pekan.
Banyaknya hari libur, menurut Shinta, akan mengorbankan produktivitas, sementara biaya tenaga kerja terus berjalan sebagai beban perusahaan. Tak tertutup kemungkinan, target produksi perusahaan akan meleset.
Di sisi lain, jika perusahaan tetap beroperasi selama cuti bersama, maka biaya tenaga kerja akan meningkat karena harus memberikan kompensasi lembur. "Umumnya untuk industri non pariwisata, tambahan libur, apalagi yang tiba-tiba dan tidak masuk dalam perhitungan perusahaan sebelumnya akan mengganggu produktivitas karena hari kerja menjadi berkurang secara tidak terduga untuk memenuhi target produksi," paparnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto menyatakan hal serupa. Menurutnya, tambahan libur memberikan keuntungan sekaligus kerugian pada pengusaha.
Bagi sektor manufaktur, kata dia, kebijakan tersebut akan merugikan karena jumlah hari libur lebih panjang. Di sisi lain, kebijakan itu akan mendorong sektor pariwisata dan konsumer.
Namun demikian, ia memprediksi keuntungan pada sektor tersebut tidak terlalu signifikan. Bahkan mungkin, keuntungan yang diberikan kemungkinan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Pun demikian halnya dengan kerugian yang diderita sektor manufaktur. Ia menyebut masyarakat masih diselimuti kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona.
Terlebih, saat ini Indonesia memiliki 19 pasien positif virus corona. Ia memprediksi masyarakat cenderung menghabiskan hari libur di rumah maupun sanak saudara ketimbang mengunjungi tempat pariwisata.
"Apakah kemudian dengan perpanjangan liburan lalu masyarakat mengunjungi destinasi wisata? Saya kita tidak. Sebab, kondisinya walaupun tidak panik tapi, masyarakat masih khawatir kalau kemudian harus interaksi atau bergumul dengan orang banyak," katanya.
Bahkan, lanjut Eko, penurunan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara mulai tampak sejak beberapa bulan lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia turun 7,62 persen pada Januari 2020, akibat penyebaran virus corona.
[Gambas:Video CNN]"Jadi masih tergantung dua bulan ke depan, apakah virus corona bisa teratasi atau tidak. Kalau mereda adanya libur tambahan akan mendorong konsumsi dan pariwisata. Jika tidak, maka dampaknya tidak besar," ucapnya.
Namun demikian, bukan berarti tanpa tambahan libur maka kinerja sektor manufaktur bakal melejit. Alasannya, secara natural, ekonomi global maupun domestik belum bangkit sepenuhnya. Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi tahun lalu hanya sebesar 5,02 persen, turun dari 2018 yakni 5,17 persen. Sementara itu, konsumsi masyarakat melambat menjadi 5,04 persen dibandingkan posisi 2018 lalu, yakni 5,05 persen.
"Pengusaha ingin tidak diperpanjang cutinya, tapi meskipun tidak diperpanjang pun peningkatan produksi juga belum ada peningkatan permintaan dari masyarakat, lalu ekspor pun sedang terpuruk," ucapnya.
Dihubungi terpisah, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai sektor manufaktur tidak akan berpengaruh signifikan dengan tambahan libur tersebut. Justru, ketika konsumsi dan pariwisata meningkat akan menjadi stimulus bagi sektor manufaktur untuk mengerek produksinya.
"Kebijakan ini melengkapi stimulus di sektor pariwisata dan perjalanan yang sudah diumumkan sebelumnya yakni potongan dan penundaan pajak hotel dan restoran, serta pemangkasan harga tiket pesawat terbang," katanya.
Namun demikian, ia meramal pertumbuhan wisatawan domestik pada periode Lebaran tak mampu mengkompensasi turunnya wisman akibat virus corona. Namun, setidaknya hal tersebut dapat meredam agar bisnis pariwisata tidak terlalu terpuruk.
Sebelumnya, pemerintah telah meluncurkan insentif pariwisata dalam bentuk diskon harga tiket pesawat sebesar 45 persen sampai 50 persen mulai, Minggu (1/3). Kebijakan berlaku selama tiga bulan ke depan sampai Mei 2020 dan hanya dari dan menuju 10 destinasi wisata.
Diskon harga tiket pesawat hanya berkuota 430 ribu kursi atau sekitar 25 persen dari total kapasitas kursi maksimal dalam setiap penerbangan per hari. Artinya, jika satu pesawat memiliki kapasitas penumpang sebanyak 100 kursi, maka diskon hanya berlaku untuk 25 kursi dalam satu penerbangan tersebut.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merinci 10 destinasi wisata yang mendapat diskon harga tiket pesawat, yaitu Batam, Denpasar, Yogyakarta, Lombok, Labuan Bajo, Malang, Manado, Silangit, Tanjung Pandan, dan Tanjung Pinang.
"Ini berlaku untuk semua maskapai yang terbang dari Jakarta ke 10 destinasi," ungkap Budi Karya.
(ulf/agt)