BI Pangkas Bunga Acuan Jadi 4,5 Persen

CNN Indonesia
Kamis, 19 Mar 2020 14:34 WIB
BI kembali memangkas suku bunga acuan BI7DRR 25 basis poin pada Maret 2020 demi selamatkan ekonomi RI dari Corona.
BI memangkas suku bunga acuan BI 7DRR ke 4,5 persen pada Maret 2020. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5 persen pada Maret 2020. Begitu pula dengan tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen dan 5,25 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 18-19 Maret 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7DRRR sebesar 25 basis poin ke posisi 4,5 persen," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (19/3).

Perry mengatakan keputusan ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang tertekan penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian pada kinerja pasar keuangan dan menurunkan prospek perekonomian dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi global direvisi ke bawah menjadi 2,5 persen dari proyeksi semula 3 persen, dan itu lebih rendah dari pertumbuhan di 2019 dengan kecenderungan ke bawah," ungkapnya.

Perry menyatakan keputusan bank sentral nasional juga didasari oleh perkembangan kondisi ekonomi di Indonesia akibat virus corona. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan berada hanya akan berkisar 4,2 persen sampai 4,6 persen pada 2020 dari semula ditargetkan sebesar 5,0 persen sampai 5,4 persen.

Menurutnya, prospek ekspor, khususnya manufaktur akan menurun pada tahun ini, meski pemerintah telah memberikan berbagai paket stimulus ekonomi jilid pertama dan kedua. Namun, BI berharap ada tambahan ekonomi dari penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentak pada tahun ini.

Kedua, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan tetap baik, meski aliran modal keluar cukup tinggi di tengah penyebaran virus corona. Ketiga, cadangan devisa tercatat sebesar US$130,4 miliar pada Februari 2020. Jumlah ini setara pembiayaan 7,7 bulan impor dan di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Ke depan, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2020 dan 2021 masing-masing berada di kisaran 2 persen sampai 3 persen," katanya.

Keempat, rata-rata nilai tukar rupiah melemah 5,18 persen terhadap dolar AS dari pertengahan Februari ke awal Maret 2020. Rupiah melemah 8,77 persen dari akhir 2019 bersama mata uang negara lain.

"BI terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dengan mekanisme triple intervention di (pasar) spot, SBN, dan pasar sekunder," ujarnya.

Kelima, inflasi Februari 2020 sebesar 0,28 persen. Perkiraannya, inflasi akan tetap terjaga rendah pada tahun ini dengan rentang sasaran 3 persen plus minus 1 persen.

Keenam, kondisi bank juga terpantau baik. Hal ini tercermin dari kondisi likuiditas yang mencukupi, di mana rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 22,74 pada Januari 2020. Kemudian, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sebesar 2,77 persen (gross) atau 1,08 persen (net) pada awal tahun ini.

[Gambas:Video CNN]

Kendati begitu, BI melihat memang ada penurunan pertumbuhan kredit bank yang hanya menyentuh 6,1 persen pada Januari 2020. Begitu pula dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,8 persen pada bulan yang sama.

Hal ini membuat bank sentral nasional merevisi pertumbuhan kredit bank ke kisaran 6 persen hingga 8 persen pada tahun ini. Begitu juga dengan pertumbuhan DPK diramal cuma mencapai 9 persen sampai 11 persen.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus menempuh koordinasi dengan otoritas terkait, sehingga bisa tetap menjaga stabilitas keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan," ujarnya. (uli/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER