Jakarta, CNN Indonesia --
SoftBank mengumumkan untuk mengakhiri
tender offer atau penawaran saham
WeWork senilai US$3 miliar. Perusahaan asal Jepang tersebut menyatakan alasan pembatalan tender karena kondisi tender yang tak memuaskan.
Namun, pihaknya meyakinkan bahwa pembatalan tersebut tak akan berdampak kepada operasi, pelayanan, dan strategi bisnis WeWork untuk 5 tahun ke depan. Pengumuman itu muncul setelah ada laporan keretakan antara SoftBank dan anggota dewan WeWork atas upaya penyelamatan start-up AS tersebut.
"Selain berbagai daftar persyaratan yang tak dipenuhi, juga tengah dilakukan investigasi kriminal dan sipil terhadap WeWork dan salah satu pendirinya, Adam Neumann," jelas SoftBank dalam surat resminya seperti dikutip dari
AFP pada Kamis (2/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan konglomerat Jepang itu juga menyebut dampak pandemi virus corona ikut membatasi operasi WeWork. Senior Vice President SoftBank Rob Townsend menekankan bahwa pihaknya tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan penawaran tender.
"Penutupan penawaran tender disebabkan oleh kondisi yang tak berhasil dipenuhi dan memaksa Softbank untuk memutuskan penawaran tender," katanya.
WeWork sempat menjadi
start-up AS yang 'bersinar'. Perusahaan
co-working space tersebut sempat bernilai US$47 miliar. Namun, WeWork memiliki masalah dalam arus kas dan membatalkan IPO. Kasus bertubi-tubi tersebut diikuti oleh pemecatan Adam Neumann, pendiri WeWork.
Di sisi lain, SoftBank pun dalam kondisi 'tidak sehat'. SoftBank sedang memulihkan kinerja yang terpuruk usai kinerja buruk beberapa startup 'suntikannya' seperti Uber dan WeWork.
Meski telah gencar menyuntikkan dana ke berbagai start-up teknologi terbaik dunia, namun banyak dari perusahaan tersebut yang berakhir mengecewakan.
Untuk informasi, Softbank telah berkomitmen lebih dari US$14,25 miliar kepada WeWork. Sayangnya, perusahaan tersebut tengah terpukul hebat akibat wabah virus corona yang mengharuskan penutupan berbagai bisnisnya di New York dan California.
Softbank juga merupakan sebagai salah satu calon investor ibu kota baru pengganti DKI Jakarta di Kalimantan Timur. Pada Januari lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebut raksasa telekomunikasi dan media asal Jepang itu siap investasi hingga US$30 miliar atau sekitar Rp495 triliun (asumsi kurs Rp16.500 per dolar AS).
[Gambas:Video CNN] (wel/age)