Jakarta, CNN Indonesia -- Ardhi, pemilik
warung tegal (warteg) di Palmerah Barat, Jakarta memutuskan untuk
menutup warungnya pada hari pertama Pembatasan Sosial Berskala Besar (
PSBB).
Meski usaha yang dimiliknya termasuk dalam kategori usaha yang diperbolehkan beroperasi selama PSBB, namun ia memilih memantau kondisi dari rumah.
Belum diketahui kapan warteg yang biasanya buka 24 jam 7 hari dalam seminggu itu akan kembali beroperasi, Ardhi bilang dirinya akan terus memantau keadaan di sekitar tempatnya berusaha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum tahu (kapan buka), ini mantau dulu apa hari ini sepi apa bagaimana, kalau ramai bisa jadi besok buka," katanya pada Jumat (10/4) siang.
Usaha keluarga yang sudah berdiri sejak akhir tahun 1990an itu harus rela kehilangan omzet hariannya akibat penerapan PSBB oleh Pemprov DKI Jakarta. Penerapan PSBB yang berlaku selama 2 minggu ke depan demi memutus rantai penyebaran virus corona itu diakui Ardhi menggerus pendapatan tunggal keluarganya.
Diketahui, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan aturan PSBB yang berlaku pada Jumat (10/4). Sejumlah pembatasan pun dilakukan untuk aktivitas warga, perkantoran dan bisnis.
Walaupun Anies tetap mengizinkan restoran atau rumah makan buka, tetapi melarang warga makan langsung di restoran atau rumah makan tersebut.
"Warung, restoran, rumah makan bisa tetap buka tapi tidak diizinkan makan atau menyantap makanan di lokasi. Semua makanan diambil, dibawa, atau tidak ada
dine in,
take away semua," ujar Anies dalam jumpa pers di Balai Kota, Kamis (9/4) malam.
Sebelum PSBB pun pemasukan Ardhi dan keluarga telah berkurang. Dalam kalkulasi, sekitar 30 persen omzet rumah makannya terkikis oleh wabah virus corona sejak Maret lalu.
Ia menduga, masyarakat mulai takut untuk jajan di luar dan memilih masak di rumah. "Gara-gara orang-orang takut beli makan di luar kali ya?" paparnya.
Sejak awal Maret saat virus corona masuk RI hingga saat ini, Ardhi belum mendapat pengarahan atau pun sosialisasi tentang protokol penanganan di tengah penyebaran wabah virus corona.
Namun, Ardhi telah berusaha menyediakan fasilitas yang dapat dilakukannya seperti tempat cuci tangan, masker pun tak pernah dilepas saat berhadapan dengan pelanggan.
Ia menambahkan, demi mempertahankan usaha keluarganya, Ardhi berencana untuk memperluas usahanya dengan mengandalkan teknologi. Ke depannya, pelanggan setia dan kenalannya akan dapat memesan makan lewat pesan singkat Whatsapp.
"Bantuan dari pemerintah belum ada.
Ngakalin-nya dengan jual lewat Whatsapp tapi ya cuma sampai ke kenalan saja," pungkasnya.
 Ilustrasi. (Foto: CNNIndonesia/ Anugerah Perkasa) |
Banting SetirPutra, pekerja lepas di salah satu rumah produksi (PH) di Bintaro, Jakarta mengungkap dirinya telah kehilangan pemasukan sejak sebulan terakhir akibat pemangkasan proyek shooting.
Dia memastikan untuk beberapa saat ke depan kantongnya akan kian seret akibat PSBB, aktivitas di luar rumah yang tak mendesak tengah dilarang, termasuk untuk kebutuhan shooting iklan.
Pria yang berdomisili di Jakarta Barat itu mengandalkan tabungannya untuk bertahan hidup. Khawatir akan perpanjangan PSBB dan alotnya penanganan wabah virus corona, Putra berpikir untuk banting setir ke industri pekerjaan yang dapat dilakukannya dari rumah.
"Belum bisa shooting, di rumah aja dulu.
Kepikiran mau cari kerja lain buat sementara," terangnya.
[Gambas:Video CNN]Namun pria berusia 29 tahun tersebut pesimis bisa mendapatkan pekerjaan baru mengingat ramainya PHK yang tengah terjadi. Pun begitu, ia tak patah semangat dan akan terus memutar otak demi mengganjal perut.
Putra menuturkan kebijakan pemerintah selama PSBB tidak menyasar ke seluruh masyarakat yang membutuhkan. Bantuan sosial yang digelontorkan pemerintah pun tak dapat dinikmatinya meski dirinya kembang-kempis berusaha bertahan hidup di tengah wabah tersebut.
Sependapat, Miftahul, kurir yang bekerja di salah satu restoran pizza di Jakarta menyebut jika bantuan yang diberikan pemerintah tak mencukupi kebutuhan.
Walaupun demikian, Miftahul mengklaim dirinya beruntung sebab masih dapat bekerja di saat rekan lainnya telah dirumahkan dan bahkan di-PHK akibat sepinya permintaan akhir-akhir ini. Jika tidak, ia mengaku akan kebingungan mencari pemasukan demi menutupi cicilan dan kebutuhan sehari-hari.
"Bantuan pemerintah tidak merata, yang tidak miskin sekali tapi masih harus hidup harus bagaimana?" pungkasnya.
(wel/asa)
[Gambas:Video CNN]