Melihat Pukulan Virus Corona pada Industri Perjalanan

CNN Indonesia
Kamis, 16 Apr 2020 14:31 WIB
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (3/3/2020). Kegiatan desinfeksi yang dilakukan di area terminal domestik dan internasional bandara tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah antisipasi potensi penyebaran COVID-19 atau virus Corona. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Sejak virus corona melanda, beberapa industri perjalanan menghentikan penjualan tiket dan menyarankan pelanggan tinggal di rumah. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf).
Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perjalanan mendapat pukulan terberat akibat wabah virus corona. Pasalnya, para pelanggan mengurungkan niatnya bepergian baik dengan pesawat, kereta, maupun kapal pesiar demi menghindari penularan penyakit covid-19.

Pemerintah di berbagai negara pun membatasi perjalanan warganya dengan menutup perbatasan negara. Keadaan ini memukul usaha jasa perjalanan secara merata, termasuk situs pemesanan online. 

Salah satu pukulan dialami Trivago. Virus telah membuat mereka menghentikan pemasaran tiket ke seluruh area terdampak virus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah keputusan tersebut, mereka menyarankan pelanggan untuk tidak berpergian kalau kondisinya tidak mendesak. 
 
"Titik baliknya saat kami mengatakan, 'Oke, kami harus berhenti dan mengambil sikap sebagai sebuah perusahaan meski bertentangan dengan kepentingan kami sendiri'," ungkap CEO Trivago Axel Hefer, seperti dikutip dari CNN pada Kamis (16/4).

Booking Holdings, perusahaan perjalanan online yang memiliki usaha Booking.com, Kayak, Priceline, dan Open Table, juga mengalami nasib serupa. Menurut CEO Booking Holdings Glenn Fogel, bisnis terbesar perjalanan saat ini bukan mencari pemesanan baru yang jumlahnya pasti sangat terbatas.

Tapi, mengelola perubahan rencana perjalanan. Dalam beberapa bulan terakhir, Booking.com telah menerima panggilan dari sekitar 400 ribu pelanggan per hari.

Kebanyakan dari mereka ingin membatalkan atau mengubah tanggal keberangkatan. "Saya pikir tak ada seorang pun yang mampu memprediksikan efeknya secara global seperti saat ini," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]
Sektor perjalanan juga diprediksi mengalami keterlambatan pemulihan akibat ketakutan masyarakat. Untuk itu Axel menyebut pihaknya telah menyesuaikan ekspektasi permintaan setelah krisis mereda.

Dia meramal pada awal pemulihan akan lebih banyak pemesanan perjalanan domestik akibat kekhawatiran melakukan perjalanan jauh. "Begitu ada kemungkinan melakukan perjalanan, orang-orang akan butuh pengalaman positif dan kamu berfokus untuk memberikan itu," katanya.

Glenn pun sepakat, dia optimis kebiasaan perjalanan masyarakat akan kembali normal. "Saya ingat setelah tragedi 9/11, keesokan harinya banyak sekali orang mengatakan dirinya tak akan lagi bepergian dengan pesawat. Tapi dengan berjalannya waktu mereka kembali melakukan perjalanan. Hal yang sama juga akan terjadi lagi," pungkas Glenn.

(wel/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER