Kebutuhan Naik, Sri Mulyani Sebut RI Tetap Ekspor APD

CNN Indonesia
Kamis, 16 Apr 2020 10:21 WIB
Pekerja membuat alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Pakaian untuk alat perlindungan diri tersebut dijual dengan harga Rp45.000 untuk jenis pakaian sekali pakai dan Rp75.000 untuk pakaian yang bisa dicuci. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.
RI tetap ekspor APD walau kebutuhan akibat virus corona meningkat. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan ekspor alat pelindung diri (APD) akan tetap dilakukan pemerintah khusus untuk negara-negara yang memiliki kontrak kerja dengan Indonesia walaupun kebutuhan di dalam negeri naik akibat virus corona. Hal ini diungkapnya lewat video conference pada Selasa (12/4).

Kata dia, Indonesia memiliki kewajiban mengekspor APD kepada negara-negara mitra (partner) seperti Jepang dan Korea Selatan sesuai dengan perjanjian bilateral yang telah disetujui sebelum merebaknya wabah virus corona.

Meski tetap mengekspor, ia menyatakan pemerintah tetap akan menjaga kebutuhan dalam negeri sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indonesia termasuk negara produsen APD terbesar di dunia, kontrak-kontrak dengan negara lain akan coba kita penuhi tanpa mengorbankan kebutuhan APD dalam negeri," ucap Bendahara Negara.

Dia berucap pihaknya telah berkomunikasi dengan pemerintahan Jepang dan Korea Selatan dalam menjelaskan keadaan dan kebutuhan dalam negeri yang kian menanjak akibat kasus positif virus corona yang terus naik.

Per 15 April 2020, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi total 5,136 kasus positif, 469 korban meninggal dan 446 orang sembuh. Di kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kastasasmita mengklaim industri dalam negeri mampu memproduksi 16 ribu APD per hari.

Hasil produksi tersebut juga disebutnya telah berhasil memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).  Selain APD, Agus juga mengatakan pihaknya bersama dengan sejumlah industri sedang melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan ventilator.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan empat kelompok pengembang ventilator dari UI, tim Yogyakarta yang terdiri dari UGM dan sejumlah perusahaan swasta.  Dari hasil koordinasi tersebut didapat kepastian bahwa beberapa kelompok pengembang ventilator akan mulai produksi akhir April ini.

"Untuk tim Yogyakarta, khusus kami justru bicara jangka menengah-panjang. Tidak hanya menangani covid, ke depannya mereka akan produksi jenis ventilator high grade yang dari kelompok lainnya akan memproduksi low cost," katanya Rabu (15/4).

[Gambas:Video CNN]

(wel/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER