Pendapatan Pertamina Diproyeksi Susut 45 Persen dari Target

CNN Indonesia
Kamis, 16 Apr 2020 17:30 WIB
Dirut Pertamina Nicke Widyawati memberikan keterangan pers dikantor Kementrian BUMN. Jakarta, Kamis, 12 Desember 2019. CNNIndonesia/Adhi Wicaksono.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memperkirakan pendapatannya turun 38-45 persen karena amblasnya harga minyak mentah Indonesia dan nilai tukar rupiah di tengah corona. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memperkirakan pendapatan yang diraupnya akan menyusut 38 persen sampai 45 persen dari target yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 sebesar US$58,3 miliar.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan estimasi ini berasal dari asumsi skenario terburuk pada harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oils Price/ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Saat ini, dinamika perekonomian global dan nasional menekan kedua indikator tersebut.

"Dari simulasi ini, bisa dilihat untuk yang terberat penurunan pendapatan perusahaan dibandingkan RKAP mencapai 38 persen dan untuk yang sangat berat 45 persen dari RKAP," ungkap Nicke dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR, Kamis (16/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk skenario berat, Pertamina mengasumsikan ICP berada di kisaran US$38 per barel. Sementara, nilai tukar rupiah menyentuh angka Rp17.500 per dolar AS.

Apabila skenario ini terjadi, kemungkinan pendapatan Pertamina akan hilang sekitar US$22,15 miliar atau 38 persen dari target RKAP. Dengan begitu, pendapatan BUMN migas tersebut kemungkinan hanya tersisa US$36,14 miliar pada tahun ini.

Sedangkan untuk skenario sangat berat, ICP diasumsikan menyentuh angka US$31 per barel dan kurs rupiah menembus Rp20 ribu per dolar AS. Bila skenario ini terjadi, maka kemungkinan pendapatan hilang US$26,23 miliar, sehingga tersisa US$32,06 miliar.

Untuk memitigasi skenario terburuk ini, Nicke menerangkan perusahaan telah mengantongi beberapa strategi, mulai dari menunda eksplorasi sumur baru dan menurunkan batas operasional ke level rendah.

"Dengan menurunkan investasi, tapi produksi sesuai target. Karena secara teknis, itu kurang baik jadi kami lakukan bertahap, diturunkan sesuai demand," jelasnya.

Tak ketinggalan, perusahaan juga akan melakukan efisiensi dan menekan perencanaan pengolahan minyak mentah karena harga tengah meningkat di domestik. Di sisi lain, mungkin pula dengan meningkatkan impor minyak.

"Impor sedang murah, saat tepat untuk meningkatkan stok yang dilakukan untuk menurunkan HPP BBM dan LPG kami selama covid-19," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(wel/uli)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER