BI Ramal Defisit Transaksi Berjalan di Bawah 1,5 Persen PDB

CNN Indonesia
Jumat, 17 Apr 2020 20:13 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di ruang Aula Djuanda, Lt. Mezzanine, Kementerian Keuangan. Jakarta.  Rabu (22/1/2020). CNN Indonesia/Andry Novelino
BI memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2020 lebih rendah dari 1,5 persen terhadap PDB. (CNN Indonesia/ Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) di bawah 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I 2020. Proyeksi ini lebih rendah dari target bank sentral sekitar 2,5 persen sampai 3,0 persen dari PDB pada 2020.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan defisit transaksi berjalan akan rendah karena neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus dalam tiga bulan pertama tahun ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus mencapai US$2,62 miliar selama periode tersebut.

Surplus terjadi karena nilai impor turun 3,69 persen menjadi US$39,17 miliar pada Januari-Maret 2020. Sementara nilai ekspor Januari-Maret 2020 meningkat 2,91 persen menjadi US$41,79 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Covid-19 membuat ekspor turun karena terganggu rantai perdagangan, tapi penurunan impor lebih besar. Ini faktor pertama kenapa defisit transaksi berjalan di bawah 1,5 persen dari PDB," kata Perry, Jumat (17/4).

Kemudian ada potensi penurunan kebutuhan devisa sejalan dengan aktivitas impor yang menurun. Begitu pula dengan kebutuhan untuk biaya angkut transportasi impor yang mencapai sekitar 8 persen dari nilai impor.

"Dengan impor yang turun cukup tajam maka keperluan devisa untuk itu turun. Itulah kenapa neraca jasa lebih rendah defisitnya," jelasnya.

Sementara itu, menurut perhitungan BI, penerimaan devisa dari kunjungan wisatawan mancanegara akan hilang sekitar US$2 miliar pada kuartal I 2020.

Namun, di sisi lain, ada penghematan penggunaan devisa karena kebijakan pembatalan perjalanan umrah ke Arab Saudi bagi jemaah Indonesia. Hal ini membuat devisa tidak jadi terpakai sekitar US$1,6 miliar pada periode yang sama.

[Gambas:Video CNN]

Lebih lanjut, Perry meramal penurunan defisit transaksi berjalan kemungkinan akan meningkat pada kuartal II 2020. Sebab, dampak tekanan ekonomi akibat pandemi corona lebih dalam pada periode ini.

"Ingat, dampak Covid-19 di kuartal II dan kuartal III, lalu berangsur membaik di kuartal IV dan pulih pada tahun depan, sehingga secara keseluruhan defisit transaksi berjalan tahun ini akan lebih rendah," jelasnya.

Perry mengatakan kemungkinan defisit transaksi berjalan akan di bawah target 2,5 persen hingga 3,0 persen dari PDB pada tahun ini. Sementara tahun depan di kisaran 2,5 persen sampai 3,0 persen dari PDB.

(uli/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER