Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani memprediksi permintaan
kredit hanya tumbuh 4 persen tahun ini. Sebab,
perbankan sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit di tengah pandemi
virus corona.
"Saya melihatnya pertumbuhan susah, kalau 5 persen sudah bagus, kalau menurut saya mungkin 4 persen," ujarnya dalam
diskusi live, Jumat (17/4).
Proyeksi itu lebih rendah dari proyeksi Bank Indonesia (BI). Berdasarkan survei perbankan oleh bank sentral, pertumbuhan kredit tahun ini diprediksi sebesar 5,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aviliani menilai pertumbuhan kredit 5,5 persen merupakan posisi optimis. Faktanya di lapangan, kata dia, perbankan mengaku sangat selektif dalam memberikan kredit baru. Penyaluran kredit saat ini hanya berupa pencairan untuk kredit lama yang sudah disetujui.
Ia memperkirakan permintaan kredit mulai pulih pada Maret 2021 sejalan dengan selesainya proses restrukturisasi kredit saat ini.
Sebagaimana diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pelonggaran kredit kepada debitur perbankan maupun perusahaan pembiayaan (multifinance) yang terdampak virus corona (Covid-19). Ketentuan ini tertuang dalam POJK No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical.
Terlebih pemerintah memprediksi pandemi ini baru akan berakhir pada Juni. Setelah itu, lanjutnya, ekonomi membutuhkan waktu untuk pemulihan (
recovery).
"Kredit baru akan tumbuh Maret 2021 kalau
demand (permintaan) sudah normal, asumsinya sudah normal ya, kalau belum normal harus dilihat dari perpanjangan itu," katanya.
Sebelumnya, BI mematok target pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 6 persen-8 persen. Sementara itu, realisasi pertumbuhan kredit mencapai 6,1 persen pada 2019.
[Gambas:Video CNN] (ulf/sfr)