Efek Corona, Bursa Prediksi IPO Tahun Ini Lebih Rendah

CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2020 21:48 WIB
Seorang mengunjung memotret layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/6/2019). IHSG dalam lima pekan terakhir tercatat naik sekitar 9 persen, mengungguli indeks saham lainnya di Asia sekaligus indeks saham acuan kawasan (indeks MSCI Asia-Pasifik) sebesar lebih dari 5 poin persentase, dipengaruhi oleh kepercayaan pasar atas terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo untuk masa jabatan kedua dan penaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor’s. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama.
BEI memprediksi perusahan yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) lebih rendah dibandingkan tahun lalu. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memprediksi perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Berkurangnya jumlah IPO disebabkan oleh wabah virus corona (covid-19) yang membuat perekonomian lesu.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan 26 perusahaan telah mencatatkan sahamnya sepanjang 2020. Sementara itu, terdapat 18 perusahaan yang masih berada dalam daftar tunggu (pipeline) IPO.

"Apakah mungkin seperti 2018 dan 2019? Realistis saja tentunya akan lebih rendah," ujarnya melalui video conference, Jumat (24/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada 2018 sebanyak 57 emiten. Dana segar yang diperoleh dari IPO sepanjang 2018 senilai Rp15,67 triliun. Pada 2019, jumlahnya turun tipis menjadi 55 perusahaan dengan raihan nilai emisi sebesar Rp14,78 triliun.

Namun, ia menyatakan jumlah perusahaan IPO di pasar saham Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara per akhir Maret. Misalnya, Malaysia tercatat hanya 7 perusahaan menawarkan saham, lalu Singapura 3 perusahaan, dan Thailand 2 perusahaan. Sedangkan bursa saham Indonesia kedatangan 19 perusahaan baru hingga akhir Maret.

"Posisi Maret di Asia Tenggara kami yang tertinggi. Jadi kami tetap harus bandingkan dengan lingkungan kami karena kondisi global ini dampaknya kepada semua negara," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan dari 18 perusahaan yang masuk pipeline, sebanyak 3 perusahaan mengaku menunda proses IPO lantaran pandemi. Menurutnya, jumlah tersebut tidak signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang telah melakukan IPO maupun yang berada dalam pipeline.

"Kami tidak hanya kejar dari sisi angka tapi juga kualitas," ucapnya.

Selain pencatatan saham, sejumlah perusahaan juga melakukan pencatatan efek lainnya, yakni Exchange Traded Fund (ETF) dan Efek Beragunan Aset (EBA). Ia mencatat terdapat 3 penerbitan ETF sepanjang 2020 dan 5 lainnya dalam pipeline. Lalu, satu pencatatan EBA di 2020.

Bursa juga masih memiliki satu rencana penerbitan Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan 4 rencana penerbitan surat utang (obligasi) dalam pipeline.
[Gambas:Video CNN]

(ulf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER