Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mengklaim 139 ribu nasabah dari seluruh
bank pembangunan daerah (
bank daerah) terdampak penyebaran
virus corona. Nilai kredit ratusan nasabah yang harus direstrukturisasi itu mencapai Rp35,49 triliun.
Ketua Asbanda Supriyatno menjelaskan mayoritas nasabah atau sebanyak 58,16 persen yang terdampak berada di kelompok bank umum kelompok usaha (BUKU) II. Kemudian, sebanyak 36,5 persen di bank daerah BUKU III, dan sisanya 5,34 persen di kelompok BUKU I.
"Mayoritas di BUKU II. Artinya, harus dapat penanganan yang lebih serius karena permodalan terbatas. Ini semoga tidak bertambah," ujar Supriyatno dalam video conference, Selasa (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan situasi seperti ini, Supriyatno menyatakan seluruh bank daerah sedang fokus dalam menjaga likuiditas perusahaan. Masalahnya, arus kas perusahaan mulai goyah dengan peningkatan permintaan restrukturisasi dari debitur.
"Kalau kasus virus corona semakin lama, maka kami harus siapkan kerugian yang meningkat pula. Kami juga harus siapkan cadangan yang lebih banyak," tutur dia.
Supriyatno mengatakan total aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit yang disalurkan bank daerah per Januari 2020 berkontribusi sekitar 8 persen sampai 9 persen terhadap industri perbankan nasional.
Sementara, total modal bank daerah berkisar 6 persen dari total modal perbankan nasional. "Rasio keuangan relatif terjaga, meski rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) meningkat tapi masih di bawah 3 persen," ucap Supriyatno.
Tercatat, NPL di industri bank daerah per Januari 2020 sebesar 2,79 persen. Angkanya naik dibandingkan 2019 lalu yang hanya 2,62 persen.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keringanan atau pelonggaran cicilan kredit bagi pekerja informal terdampak virus corona. Hal itu diatur melalui POJK No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical.
[Gambas:Video CNN] (aud/bir)