Ada Gula, Ada Semut PTPN II

Christine Novita Nababan & Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Kamis, 30 Apr 2020 06:54 WIB
Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/4/2020). Pemerintah telah mengeluarkan izin impor gula putih sebanyak 100.000 ton kepada Perum Bulog dan PT RNI (Persero) untuk kebutuhan Ramadan dan lebaran. ANTARA FOTO/Fauzan/pras.
Harga gula masih mendaki di tengah kelangkaan pasokan. Lelang harga yang dilakukan PTPN II pun di atas harga acuan pemerintah yang sebesar Rp12.500 per kg. Ilustrasi gula pasir. (ANTARA FOTO/Fauzan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada rotan akar pun jadi. Begitu prinsip Poppy (37) dalam membuat kue khas lebaran di tengah kelangkaan gula. Pengusaha musiman yang menjajakan kue racikannya lewat sosial media ini terpaksa menggunakan gula tepung untuk mengganti gula pasir, salah satu bahan untuk membuat kue, yang harga-nya semakin mendaki.

"Yang penting, pandai-pandai meracik adonan, agar tidak menggumpal," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (29/4) malam.

Memang, lanjut dia, harga gula tepung lebih mahal ketimbang gula pasir. Untuk 250 gram gula tepung, ia harus merogoh kocek hingga Rp6.500. Artinya, satu kilogram gula tepung mencapai Rp23 ribu di pasar modern Graha Raya Bintaro

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketimbang pusing mikirin gula pasir yang barangnya tidak ada, ya sudah gula tepung saja. Tetap jadi kue kok," kata ibu satu anak tersebut.

Poppy mengaku sempat sewot. Masalahnya, pesanan kue dari lingkungan pertemanan lumayan banyak jelang lebaran. Kesempatan ini tentu tidak boleh disia-siakan cuma karena perkara kelangkaan gula.

Di kawasan Cilandak, Syahril (25), pedagang warung kelontong, mengaku sudah tiga pekan terakhir tak menjual gula. Alasannya, pasokan gula nihil. "Sudah tidak ada stok lagi di agen," jelasnya.

Ia sempat menjual gula seharga Rp16.500 per kg nyaris sebulan lalu. Itu pun, untung yang masuk kantongnya cuma Rp500 per kg. Biasanya, ia bisa mengantongi untung hingga Rp1.000 per kg.

Menurut Syahril, banyak pembeli yang mampir mencari gula dan pulang dengan tangan kosong. Nyaris di setiap warung di sekitar perumahan setempat tidak lagi menjual gula. "Kalau pun ada, pasti dia (warung) ambil dari agen lain yang lebih jauh lokasinya," tutur dia.

Tidak jauh dari warung Syahril, stok gula masih dijual oleh Vera (32), pedagang warung kelontong lainnya. Namun, karena pasokannya menipis, Vera mematok harga gula Rp19 ribu per kg.

Maklum, sambung dia, Vera harus menembus wilayah Gandul, Depok, untuk mendapat gula. Itu pun, ia dapat seharga Rp17 ribu per kg. Jelas terpaut jauh dengan harga awal tahun yang masih di kisaran Rp13 ribu.

"Sebenarnya, pembeli mengeluh. Kami juga nggak mau jual seharga itu, tapi karena stok tipis. Ya, mau tidak mau. Dari agen penjual juga naik. Akhirnya, ibu-ibu tetap beli juga, apalagi ramadan, orang butuh buat sahur dan berbuka," terang dia.

Kemarin lusa, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bilang di tengah penyebaran virus corona, sejumlah daerah di Indonesia memang mengalami defisit pasokan bahan pokok. Tak terkecuali gula yang defisit di 30 provinsi.

Karenanya, Jokowi memerintahkan jajarannya untuk bergerak cepat memastikan rantai distribusi bahan pokok. "Distribusi pangan jangan sampai terganggu," kata kepala negara.

Kementerian Perdagangan sendiri mengklaim akan mengguyur pasar ritel modern dengan 160 ribu ton gula. Kenapa ritel? Kabareskrim Komjen Polisi Listyo Prabowo menyebut ritel masih menjaga harga gula di level Rp12.500 per kg atau sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Beda cerita dengan pasar tradisional yang mematok harga gula di atas HET. Berdasarkan pantauan Kemendag di 223 pasar dalam sepekan terakhir, harga rata-rata gula nasional dipatok Rp18.300 per kg.

"Namun, pemerintah tidak akan melupakan pasar tradisional agar produk gula di pasar tradisional tetap ada," imbuh Listyo.

[Gambas:Video CNN]

Kesempatan dalam Kesempitan

Selidik punya selidik, Kemendag bersama Kabareskrim mengungkap ada kegiatan lelang harga gula di atas HET yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara II (Persero) alias PTPN II.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menuding kegiatan lelang di atas HET tersebut menjadi salah satu penyebab harga gula eceran di masyarakat tembus hingga Rp17 ribu per Kg.

"Ada beberapa temuan hasil kerja sama dengan Kabareskrim, terjadi lelang harga (gula) Rp12.900 per kg, sehingga harga di distributor menjadi Rp15 ribu per kg dan agen di pasaran menjadi Rp17 ribu per kg," tegas Agus belum lama ini.

Ironisnya, lelang gula di atas acuan pemerintah justru dilakukan oleh perusahaan BUMN. Wajar, Kementerian BUMN langsung bereaksi. Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga menuturkan tudingan PTPN II ikut menjadi pemicu kenaikan harga gula beberapa bulan belakangan terlalu mengada-ada.

Berdasarkan data yang didapat Kementerian BUMN, PTPN II hanya menggelar lelang gula sebanyak 5.000 ton dengan hasil harga lelang Rp12.900 per kilogram.

Ia menyebut dengan jumlah itu sangat tidak mungkin harga gula nasional bisa terkena pengaruh banyak. Sebab, total kebutuhan gula nasional mencapai 3 juta ton per tahun.

"Tidak mungkin 5000 ton pengaruhi pasar hingga naikkan harga gula sampai Rp17 ribu per kilogram kecuali PTPN yang memonopoli harga pasar dan menerapkan itu untuk seluruh tendernya, 5000 dibanding 3 juta kan jauh sekali. Jadi jangan terlalu mengada-ada," tegas Arya.

Meskipun berpotensi mengada-ada, ia mengaku Kementerian BUMN tidak akan tinggal diam. Pihaknya akan tetap menelusuri kemungkinan 'permainan' dalam kenaikan harga gula.

Menanggapi itu, PTPN II selaku anak usaha PTPN III, menyebut telah mengubah harga gula hasil lelang sesuai HET. Sekretaris Perusahaan PTPN III Irwan Perangin menjelaskan perubahan ini dilakukan atas perintah Kemendag.

"Harga minimum PTPN III untuk gula kristal putih (GKP) dari tebu sebesar Rp10.500 per kg. Mekanisme penjualan lelang memutuskan hasil penawaran tertinggi dari calon pembeli sebesar Rp12.900 per kg," papar Irwan dalam keterangan resmi, Rabu (29/4).

Jumlah gula yang dibeli oleh pemenang lelang sebanyak 5.000 ton. Namun, Irwan bilang perusahaan belum menyerahkan gula tersebut kepada pembeli.

Selanjutnya, Kemendag memanggil PTPN bersama perusahaan gula lainnya dan distributor untuk rapat evaluasi penugasan impor dan pendistribusian gula konsumsi pada Selasa (28/4) kemarin. Dalam rapat itu, pemerintah memerintahkan PTPN dan perusahaan produsen gula untuk menyesuaikan harga jual gula kristal putih sesuai HET.

"Sebagai BUMN, PTPN III mengikuti arahan Kementerian Perdagangan dan menyesuaikan harga jual dengan berpedoman pada HET di tingkat konsumen sebesar Rp12.500 per kg," jelas Irwan. (agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER