Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani mengungkapkan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan pendapatan bisnis maskapai
penerbangan secara global tahun ini berpotensi menguap hingga US$314 miliar atau Rp4.710 triliun (kurs Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat).
Jumlah itu berasal dari seluruh potensi pendapatan maskapai di dunia akibat penyebaran virus corona di tengah aturan pembatasan penerbangan, baik untuk rute domestik dan internasional.
Menurut Ani, panggilan akrab Sri Mulyani, sebanyak 1.000 pesawat milik perusahaan penerbangan di Amerika Serikat diproyeksi berhenti beroperasi sepanjang 2020. Ini terjadi karena setiap negara memberlakukan larangan perjalanan (
travel ban) dan pembatasan penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, data IATA per 10 April 2020 menunjukkan bahwa terdapat 59 negara yang memberlakukan
travel ban dan pembatasan penerbangan secara total. Sementara, 86 negara memberlakukan travel ban dan pembatasan penerbangan secara parsial.
"Jumlah penerbangan yang dibatalkan di seluruh negara pada periode 23 Januari-18 Februari 2020 sebanyak 240 ribu," ujarnya dalam video conference, Senin (4/5).
Situasi ini, sambung Ani, tak hanya memberikan efek negatif pada industri penerbangan. Menurut dia, lebih dari 20 juta bisnis yang berhubungan dengan sektor penerbangan ikut terdampak akibat penyebaran virus corona.
"25 juta pekerjaan yang berkaitan dengan industri penerbangan akan terdampak pandemi corona," tutur dia.
Kemudian, 50 juta orang berpotensi kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata secara global. Industri itu, kata Ani, bakal menyusut hingga 25 persen pada 2020 di global.
Mengutip
CNN.com, CEO IATA Alexandre de Juniac memprediksi penerbangan di dunia merugi US$113 miliar atau Rp1.695 triliun jika wabah virus corona terus meluas. Kerugian ini sama dengan kerugian industri penerbangan ketika krisis keuangan global menghantam pada 2008 silam.
IATA mengungkap maskapai penerbangan bisa kehilangan 19 persen dari bisnis mereka jika penyebaran virus corona tidak segera berhenti. Situasi ini merupakan krisis untuk industri penerbangan.
[Gambas:Video CNN] (aud/bir)