Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa hari terakhir banyak warga yang mengeluh karena tagihan
listrik mereka membengkak di tengah penyebaran
virus corona yang belum juga mereda.
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan memang wajar jika tagihan listrik rumah tangga membengkak dalam beberapa bulan terakhir. Pasalnya, virus corona telah memaksa mayoritas karyawan kini bekerja dari rumah.
Masyarakat yang biasanya menghabiskan waktu di kantor, sekarang harus menggunakan listrik pribadinya untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, bukan berarti masyarakat hanya bisa pasrah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika tak ingin tagihan terus membengkak, masyarakat bisa melakukan efisiensi dalam menggunakan listrik di rumah masing-masing.
"Ini bisa kembali ke prioritas masing-masing keluarga atau tiap orang. Mereka kan yang tahu mana yang lebih banyak dibutuhkan. Misalnya, ketika berbisnis
online shop, maka fokuskan kegiatan yang berhubungan dengan bisnis
online tersebut," ucap Eko kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/5).
Eko bilang masyarakat bisa fokus menggunakan laptop atau komputer ketika bekerja, baik
online shop atau jenis pekerjaan yang lain. Jangan sampai, kata dia, ada barang elektronik yang dibiarkan menyala tapi sebenarnya tak dibutuhkan.
"Jangan komputer menyala, televisi menyala juga padahal tidak sedang menonton juga. Fokus saja pada barang-barang elektronik yang memang dibutuhkan untuk kegiatan produktif," terang Eko.
Selain itu, masyarakat juga harus lebih selektif menggunakan pendingin ruangan dan lampu. Walaupun seharian berada di rumah, bukan berarti pendingin ruangan di setiap kamar harus dinyalakan.
[Gambas:Video CNN]"Coba aktifkan pendingin ruangan hanya di satu tempat. Kalau memang sedang bekerja di ruang tengah, ya pendingin ruangan di tengah saja yang diaktifkan, jangan semua," jelas dia.
Selain itu, masing-masing keluarga juga bisa membuat kegiatan yang fokus hanya di satu ruangan apabila sedang tak bekerja. Dengan demikian, penggunaan pendingin ruangan, lampu, televisi bisa dikurangi.
"Buat aktivitas menonton bersama, jangan televisi hidup semua," imbuh Eko.
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan tiap keluarga harus pintar-pintar menata kegiatan di rumah agar kantong tak bolong akibat tagihan listrik membengkak selama kebijakan bekerja dari rumah berlangsung. Menurut dia, masyarakat bisa mengakalinya dengan mengatur jam kerja dengan ketat.
Misalnya, masyarakat menetapkan jam kerja dari pagi hingga sore saja. Dengan begitu, penggunaan laptop atau komputer dan koneksi internet bisa berkurang.
"Jadi kalau bisa jangan sampai malam. Tetapkan jam kerja seperti di kantor, jangan karena di rumah justru jadi sampai malam," ucap Yusuf.
Dia bilang masyarakat biasanya menjadi lebih santai ketika bekerja di rumah. Hal itu membuat pekerjaan yang seharusnya bisa selesai saat sore hari menjadi malam, karena pekerjaan tak langsung dikerjakan.
"Orang suka menunda-nunda pekerjaan, padahal bisa dipercepat sehingga jam kerja tidak perlu sampai larut," tutur Yusuf.
Kemudian, ia juga mengingatkan agar penggunaan pendingin ruangan tak berlebihan. Jika memang tak dibutuhkan, masyarakat tak perlu menyalakan pendingin ruangan satu hari penuh.
"Jangan berlebihan. Beban listrik bisa naik kalau berlebihan," kata dia.
Beberapa hari lalu beberapa warga mengeluhkan tagihan listrik melonjak hingga 50 persen. Keluhan itu salah satunya disampaikan oleh Rizka Annisa.
Ia memutuskan untuk mengecek tagihan listrik ketika melihat warganet ramai mengeluh di media sosial beberapa waktu terakhir. Setelah memeriksa, ia baru menyadari bahwa tagihannya ikut membengkak.
"Akhirnya saya cek tagihan listrik, dan ternyata naik dengan perkiraan Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Padahal pemakaian sama saja," ungkapnya.
Sementara itu, Executive Vice President Corporate Communication & CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka memastikan tarif listrik untuk seluruh golongan pada periode April hingga Juni 2020 tidak naik saat pandemi virus corona. Pengumuman dibuat menyusul aturan penetapan tarif dilakukan tiga bulan sekali oleh pemerintah.
"Kami pastikan saat ini tidak ada kenaikan listrik, harga masih tetap sama dengan periode tiga bulan sebelumnya. Bahkan sejak tahun 2017 tarif listrik ini tidak pernah mengalami kenaikan," kata Made.
Made merinci tarif listrik untuk tengangan rendah Rp1.467 per kwh, R-1/900 VA RTM sebesar Rp1.352/kwh, tegangan menengah sebesar Rp1.115/kwh, dan tegangan tinggi sebesar Rp 997/kWh.
(aud/agt)