Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi perbankan internasional khawatir keringanan utang ke negara miskin yang tertekan oleh
virus corona bisa berdampak negatif. Kekhawatiran mereka alamatkan pada kebijakan negara anggota G-20,
IMF dan
Bank Dunia yang menghentikan pembayaran utang kepada negara-negara.
Dalam surat yang mereka tujukan kepada IMF, Bank Dunia, dan Paris Club yang dirilis pada Senin (4/5), Presiden Institute for International Finance (IIF) Tim Adams memang memuji langkah yang diambil organisasi tersebut.
Namun, mereka menyoroti tantangan yang akan dihadapi terkait keputusan tersebut. Menurut Adam, ada kekhawatiran penghentian pembayaran utang negara miskin dapat menyebabkan lembaga pemeringkat kredit menurunkan rating utang negara miskin tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan tersebut juga dapat mengganggu kemampuan meminjam uang negara-negara yang berpartisipasi.
"Setiap lembaga peminjam harus memperhitungkan itu. Dengan tidak adanya alat yang diterima untuk penangguhan layanan utang, maka kontrak yang panjang mungkin diperlukan," kata Adams seperti dikutip dari AFP, Selasa (5/5).
Sebagai informasi, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga telah mendorong semua pihak untuk membantu 76 negara miskin dan meminta kreditor swasta untuk ikut berpartisipasi.
Mengacu data IIF, 76 negara miskin telah memenuhi syarat pinjaman utang sebesar US$30 miliar, termasuk US$13 juta untuk kreditor swasta. Negara-negara G20 memperkirakan penangguhan pembayaran utang akan membuat dana US$ 20 miliar dalam likuiditas tersedia untuk 76 negara tersebut.
[Gambas:Video CNN] (jal/agt)