Produksi Dipangkas, Harga Minyak Mentah 'Memanas'

CNN Indonesia
Senin, 11 Mei 2020 06:53 WIB
Sejumlah pekerja di kilang minyak mini yang dikelola PT Tri Wahana Universal (TWU) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (10/3). Kilang minyak mini dengan kapasitas 16.000 barel per hari itu, berhenti beroperasi sejak 20 Januari lalu, karena tidak memperoleh pasokan minyak mentah produksi Blok Cepu. ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo/pd/16.
Minyak mentah Brent pengiriman Juli naik US$1,51 ke posisi US$30,97 per barel, sedangkan minyak WTI melonjak 5 persen ke posisi US$24,74 per barel. Ilustrasi kilang minyak. (ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia menguat akibat produsen AS memangkas produksi. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik US$1,51 ke posisi US$30,97 per barel, sedang minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meningkat US$1,19 atau 5 persen menjadi US$24,74 per barel.

Mengutip Antara, Senin (11/5), kedua kontrak minyak mencatat lonjakan dalam dua pekan terakhir. Harga minyak WTI melompat 33 persen, sedangkan harga minyak Brent melesat 18 persen.

Hal ini dipengaruhi oleh keputusan berbagai perusahaan minyak Amerika Utara yang menyetop produksi lebih cepat dari proyeksi sejumlah analis. Mereka menargetkan memangkas produksi minyak hingga 1,7 juta barel per hari (bph) pada akhir Juni.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemajuan beberapa pekan terakhir ini agak mencurigakan, mengingat kasus virus corona terus meningkat dan surplus minyak mentah AS. Rekor tingkat pasokan AS kemungkinan dicapai dalam laporan EIA pekan depan," ujar Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.

Diketahui, per Rabu (6/5), laporan mingguan Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan kenaikan stok minyak mentah selama 15 pekan berturut-turut, meskipun tingkat pertumbuhan pasokan makin melambat sejak awal April di kisaran 19 juta barel.

Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow menyebut pasar lebih mempercayai data yang menunjukkan OPEC dan sekutunya atau OPEC+ mematuhi pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari dimulai Mei ini.

"Saya sekarang memperkirakan harga akan mundur kembali ke US$20 per barel karena skeptisisme akan datang ke pasar tentang kepatuhan OPEC+ pada pengurangan produksi," paparnya.

Sementara, Irak belum juga mengumumkan pengurangan ekspor kepada para pembeli minyak reguler yang tengah berjuang mengurangi pasokan. "Yang diperlukan hanyalah satu atau dua negara untuk tidak mematuhi (peraturan) dan ini dapat membuka pintu bagi negara lain," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER