Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pertanian mencatat peningkatan permintaan fasilitasi ekspor buah manggis ke China sebesar 111 persen pada periode kuartal pertama tahun 2020. Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencatat ekspor buah tropis eksotik sebanyak 34,71 ribu ton dengan total pengiriman 1.829 kali.
Kepala Barantan Ali Jamil menilai hal itu menggembirakan, mengingat terjadi kala pandemi Covid-19 mewabah. Ia menyebut berdasarkan data sertifikasi ekspor, trend ekspor manggis menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
"Hal ini berkat upaya dan kerja keras petani, kelompok tani dan pemilik rumah kemas sehingga protokol ekspor dapat dipenuhi dan pelayanan pemeriksaan karantina semakin efektif," kata Jamil.
Di samping itu, katanya, semakin banyak negara saat ini mengakui manfaat buah manggis. Selain konsumsi daging buah, kulit manggis juga dijadikan bahan baku industri farmasai dan kosmetik di negara tujuan ekspor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total keseluruhan fasilitasi ekspor manggis dari bulan Januari sampai April 2020 adalah sebanyak 45,33 ribu ton dengan pengiriman 4,427 kali. China mendominasi daftar negara tujuan, diikuti oleh Australia, Malaysia, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Prancis, dan Belanda.
Kepala Bidang Karantina Non Benih, Turhadi menjelaskan bahwa keberhasilan komoditas buah manggis menembus pasar global merupakan pencapaian penting. Hal itu dikarenakan China memiliki persyaratan teknis ketat yang menetapkan standar baku mutu tertentu.
"Inilah peran yang diemban Barantan selaku otoritas karantina untuk melakukan sinkronisasi persyaratan ekspor pada tiap produk pertanian, termasuk manggis," jelas Turhadi.
 Kementerian Pertanian mencatat peningkatan permohonan fasilitasi ekspor buah manggis ke China pada periode kuartal pertama tahun 2020. ( Foto: Kementerian Pertanian) |
Ia memaparkan bahwa pihaknya terus berusaha memperkuat kesisteman perkarantinaan, seperti sarana dan prasana laboratorium, serta kemampuan petugas untuk menjalankan protokol. Selain itu, juga memastikan persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari terpenuhi.
Jamil menambahkan, Kementan berupaya memperbaiki iklim investasi pertanian dengan melakukan deregulasi, serta penyediaan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendorong tumbuhnya hilirisasi industri produk pertanian.
"Diharapkan segera dimanfaatkan oleh dunia usaha, supaya komoditas pertanian mendapat nilai tambah. Jangan lagi ekspor buah segar atau bahan mentah, minimal berupa setengah jadi atau bahan jadi seperti ekstrak manggis," ujar Jamil.
Seluruh direktorat teknis di lingkup Kementan kini fokus pada program peningkatan produksi dan nilai tambah, khususnya bagi komoditas strategis serta komoditas yang dinilai memiliki potensi dan peluang ekspor. Mereka juga menggalakkan kerja sama untuk membangun pertanian berbasis kawasan berorientasi ekspor.
Barantan yang ditunjuk untuk menggawangi pencapaian target ekspor, telah menyiapkan aplikasi peta potensi komoditas ekspor, (iMACE) sebagai alat bantu dalam pengambilan kebijakan.
"Ekspor produk dalam bentuk olahan menjadi pilihan terbaik saat ini. Selain bernilai tambah, tahan lama dan mudah mengemasnya juga menambah devisa negara, tentunya berdampak bagi kesejahteraan petani manggis," kata Jamil.
(rea)