Jakarta, CNN Indonesia -- Pandemi
virus corona atau
Covid-19 di Indonesia belum memberi dampak negatif pada kinerja
bank swasta di dalam negeri. Hal ini tercermin dari laba bersih bank yang masih meningkat.
Salah satunya PT Bank BTPN Tbk. Laba bersih perusahaan justru meningkat Rp245,4 miliar atau 48,44 persen dari Rp506,6 miliar pada kuartal I 2019 menjadi Rp752 miliar pada kuartal I 2020.
"Dengan situasi perekonomian global yang tidak menentu, ditambah perkembangan terkini penyebaran Covid-19, kami berusaha mempertahankan kinerja bank tetap positif," ucap Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (20/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ongki mengatakan laba bersih meningkat berkat kinerja penyaluran kredit yang naik 12 persen dari Rp139,8 triliun menjadi Rp157 triliun pada periode yang sama. Kontribusi penyaluran kredit terbesar berasal dari kredit korporasi mencapai Rp92 triliun atau 58,59 persen dari total kredit.
Penyaluran kredit korporasi diberikan ke sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur. Selain itu, BTPN juga memberi pinjaman bilateral ke perusahaan swasta nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor dan impor.
Di luar kredit korporasi, bank yang mendapat kucuran modal dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) itu menyalurkan kredit ke Usaha Kecil dan Menengah (UKM), komersial, serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah. Bersamaan dengan meningkatnya penyaluran kredit, rupanya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) BTPN ikut naik, yaitu dari 0,8 persen menjadi 0,97 persen.
Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit, aliran pendanaan yang masuk ke bank juga tumbuh sekitar 3 persen menjadi Rp161,2 triliun. Pendanaan berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp97,1 triliun, pinjaman pihak lain Rp57 triliun, dan pinjaman subordinasi Rp7,1 triliun.
Ongki mengatakan perusahaan berhasil meningkatkan porsi dana giro dan tabungan (
Current Account Savings Account/CASA) dari semula 21 persen menjadi 29 persen pada tiga bulan pertama tahun ini. Peningkatan ini memberi dampak positif bagi beban biaya dana perusahaan, sehingga lebih kompetitif.
[Gambas:Video CNN]Hal ini tak lepas dari sumbangan nasabah program Jenius yang tumbuh 85 persen dari 1,4 juta menjadi 2,5 juta nasabah. Total simpanan nasabah Jenius mencapai Rp8,3 triliun.
Kendati begitu, ia mengakui bahwa pandemi corona memang memberi tantangan di sisi likuiditas bank. Hal ini tercermin dari rasio likuiditas jangka pendek (
Liquidity Coverage Ratio/LCR) sebesar 212 persen. Kemudian, rasio likuiditas jangka panjang (
Net Stable Funding Ratio/NSFR) sebesar 116 persen.
Sementara rasio kecukupan modal (
Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 22,5 persen pada kuartal I 2020. Sedangkan aset naik 4 persen menjadi Rp199,7 triliun.
Peningkatan laba bersih juga berhasil dibukukan oleh Citibank N.A Indonesia. Bank BUKU III itu mencatat laba bersih sekitar Rp170,48 miliar atau 20,35 persen dari Rp837,52 miliar pada kuartal I 2019 menjadi Rp1 triliun pada kuartal I 2020.
"Meskipun tidak ada yang mengetahui seberapa besar atau lamanya dampak dari virus ini terhadap ekonomi domestik, kami tetap memiliki komitmen untuk melayani para nasabah serta melalui masa penuh tantangan ini bersama-sama," ujar CEO Citibank N.A Indonesia Batara Sianturi.
Laba berasal dari pendapatan bunga kredit mencapai Rp1,36 triliun, sementara beban bunga hanya sekitar Rp312,45 miliar. Kendati laba bersih naik, namun margin bunga bersih (
Net Interest Margin/NIM) bank turun dari 5,91 persen menjadi 5,03 persen.
Sayangnya, perusahaan belum mempublikasikan total penyaluran kreditnya pada kuartal I 2020. Namun, kualitas kredit sedikit memburuk. Hal ini tercermin dari
NPL gross yang naik dari 2,3 persen menjadi 2,34 persen. Sedangkan NPL net naik dari 0,53 persen menjadi 0,23 persen.
Pada sisi likuiditas, LCR bank naik dari 249,9 persen menjadi 272,78 persen. Begitu pula NSFR naik dari 123,55 persen menjadi 135 persen. Kemudian, rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 26,3 persen dari sebelumnya 23,37 persen dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) 62,4 persen dari sebelumnya 79,21 persen.
"Citibank tetap memiliki tingkat kecukupan modal dan likuiditas yang sangat baik," ungkapnya.
Sementara aset perusahaan meningkat 33 persen dari Rp78,56 triliun menjadi Rp105,2 triliun pada periode yang sama. Tingkat pengembalian aset (
Return of Asset/RoA) naik dari 5,26 persen menjadi 5,64 persen.
(uli/agt)