Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Pos Indonesia (Persero) mengaku telah menyalurkan
bansos tunai (
BLT) kepada 4,6 juta keluarga penerima manfaat hingga Jumat (22/5) pagi.
Hitung punya hitung, berarti Pos Indonesia telah mencairkan Rp2,76 triliun dana BLT kepada keluarga yang terdampak pandemi virus corona.
BUMN bidang logistik itu menargetkan mengalokasikan BLT kepada 8,3 juta keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pagi ini (22/5), sekitar 4,6 juta (keluarga)," terang Direktur Jaringan dan Layanan Keuangan Pos Indonesia Ihwan Sutardiyanta kepada
CNNIndonesia.com.
Diketahui, BLT diberikan sebesar Rp600 ribu per penerima per bulan. BLT diberikan selama tiga bulan mulai dari April hingga Juni 2020.
Kendati berpacu dengan waktu, namun Ihwan optimis Pos Indonesia dapat menyalurkan BLT kepada seluruh penerima bantuan sebelum lebaran. Lebaran diperkirakan jatuh pada Sabtu (23/5) atau Minggu (24/5).
Ia juga tak menutup kemungkinan akan ada sebagian masyarakat yang menerima bantuan setelah lebaran, terutama di kluster 3 atau daerah pelosok.
Sebab, ia menyebut berbagai kendala seperti sulitnya mendatangi penerima kluster 3 menghambat proses penyaluran BLT. Transportasi khusus, seperti kapal bahkan pesawat pun disiapkan demi memastikan keluarga penerima manfaat (KPM) menerima bansos Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.
"
Best effort (upaya terbaik) bisa tersalurkan semua, kecuali KPM yg kluster 3, (wilayah pelosok) sekitar 95 persen paling tidak," jawabnya.
Kendala lainnya, yaitu verifikasi data penerima yang terkadang tak sinkron antara Kementerian Sosial dan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Ia bilang seringkali pihaknya harus menjadwal ulang jika data yang ada tak sinkron.
"Hambatan bervariasi, dari kesulitan mencapai tempat tertentu, verifikasi data, juga kebijakan
social distancing (jaga jarak)," imbuh dia.
Pun demikian, upaya mempercepat penyaluran terus dilakukan. Sebagai contoh, ia bilang menjadikan sekolah atau kantor pemerintah setempat sebagai titik penyaluran BLT untuk daerah yang tak memiliki kantor cabang Pos Indonesia.
Opsi ini dinilai lebih efisien ketimbang mendatangi penerima dari pintu ke pintu (
door to door) yang memakan waktu. Namun, ia mengaku penumpukan warga sempat terjadi akibat penjadwalan yang bersamaan untuk KPM beberapa RT/RW sekaligus.
"Sempat ada penumpukan tapi kami belajar dari kejadian itu untuk koordinasi lebih baik dengan pemda setempat," tandasnya.
[Gambas:Video CNN] (wel/bir)