Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (
BKPM) mencatat perkembangan pembebasan lahan proyek pembangunan kompleks
kilang minyak dan petrokimia di Tuban, Jawa Timur sudah mencapai 92 persen dari total 841 hektare (Ha).
Investasi pengembangan kilang di Tuban ini termasuk dalam daftar Rp708 triliun investasi yang mangkrak karena kendala pembebasan lahan sejak kerja sama antara Pertamina dan Rosneft terbentuk pada 2017.
Proyek bernilai Rp211,9 triliun ini dimiliki oleh PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, yang merupakan usaha patungan antara Pertamina (55 persen) dan Rosneft PJSC (Rusia) (45 persen).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Promosi Sektoral BKPM Imam Soejoedi menyampaikan, lembaganya telah melakukan langkah-langkah penyelesaian permasalahan pembebasan lahan di Kabupaten Tuban secara intensif sejak tahun kemarin.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, kata dia, turun langsung dengan menggandeng Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Tuban serta Pertamina.
"Penyelesaian proyek ini adalah prioritas pemerintah untuk membangun hilirisasi industri di dalam negeri sehingga Indonesia dapat mengurangi defisit neraca impor, ketergantungan akan impor minyak dan dapat membangun ketahanan industri nasional," ujar Imam dalam keterangan resminya, Kamis (28/5).
Pembangunan kilang minyak sebenarnya telah masuk dalam proyek infrastruktur prioritas sejak masa kabinet pertama Presiden Jokowi, baik dalam bentuk kilang baru (NGRR) maupun pengembangan kilang minyak yang ada (
Refinery Development Master Project/RDMP).
Namun berbagai kendala menghadang seperti pembebasan lahan, perizinan hingga penyelesaian kontrak.
Lantaran itu lah, Imam bilang, Bahlil membentuk tim khusus dalam internal BKPM untuk mempercepat penyelesaian masalah di Tuban dan mengunjungi lokasi proyek untuk menyelesaikan negosiasi dengan masyarakat sekitar pada Februari lalu.
Imam Memprediksi memprediksi proyek yang merupakan bagian dari
New Grass Root Refinery (NGRR) yang dibangun Pertamina ini dapat menyerap 20.000 tenaga kerja pada saat konstruksi dan 2.500 pekerja dalam tahan operasional.
"Sebelum adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini. Kepala BKPM (Bahlil) menaruh perhatian sangat besar pada proyek Tuban. Beliau membentuk tim khusus untuk mengawal investasi ini sampai jadi," ujar Imam.
"Targetnya 2026 sudah bisa beroperasi," sambungnya.
[Gambas:Video CNN]Sementara itu, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia (MP2) Pertamina Ignatius Tallulembang menyatakan bahwa GRR Tuban adalah salah satu proyek yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan.
Pertamina dan Rosneft bahkan telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada Oktober 2019 yang lalu. Saat ini
Basic Engineering Design (BED) dan
Front End Engineering Design (FEED) tengah berjalan.
"Dengan dukungan semua pihak, pembangunan kilang diharapkan berjalan lancar dan selesai sesuai waktu yang ditargetkan, sehingga kita bisa berdaulat secara energi," pungkas Ignatius.
(hrf/sfr)