Jakarta, CNN Indonesia -- Industri
perbankan mengaku tak khawatir pencairan
simpanan masyarakat meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di tengah pandemi virus corona. Sebab, faktanya, simpanan masyarakat di
bank justru makin tebal.
PT BCA Tbk, misalnya. Bank swasta nomor wahid itu mengaku dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpunnya sepanjang Januari-Maret 2020 tumbuh 16,8 persen menjadi Rp741 triliun.
"Di BCA, tabungan masih bertambah. Tabungan dari Desember 2019-Mei 2020 naik 9,9 persen," imbuh Direktur Utama BCA Jahja Setiatmadja kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, kecukupan DPK ini, sambungnya, membuat BCA masih punya ruang yang cukup lebar untuk menggenjot penyaluran kredit. Pada kuartal I 2020, setidaknya rasio likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) BCA sekitar 77,6 persen.
Karenanya, Jahja mengaku tak khawatir bila ada rencana penarikan simpanan dari nasabah, khususnya kalangan menengah ke bawah yang mungkin lebih membutuhkan dana tunai di tengah pandemi corona. Toh, tren yang ada menunjukkan sebaliknya.
"Sama sekali tidak (khawatir), meski kalau di industri memang April-Mei ini growth (pertumbuhan) tabungan negatif," ujarnya.
Lebih lanjut Jahja mengaku bank tidak menyiapkan strategi khusus untuk 'menjaga' simpanan nasabah di BCA agar terus bertumbuh. Ia bilang pertumbuhan simpanan memang mau tidak mau akan bergantung pada laju perekonomian.
"Sesuai saja (dengan kondisi ekonomi), yang penting kemudahan digital kami terus tingkatkan," katanya.
Senada, PT BNI (Persero) Tbk atau BNI juga mengaku tak khawatir akan ada penarikan dana simpanan dari nasabah ketika pandemi corona masih terus berlangsung. Hal ini setidaknya juga terbukti dari pertumbuhan DPK bank pelat merah itu.
Berdasarkan kinerja BNI pada kuartal I 2020, tercatat DPK mencapai Rp635 triliun atau tumbuh 10,4 persen secara tahunan dari kuartal I 2019. Realisasi ini masih di atas pertumbuhan DPK industri bank nasional sekitar 9,54 persen pada Maret 2020.
"Kami memantau perkembangan DPK di bank kami yang masih stabil, bahkan meningkat. Jadi, tidak betul bahwa pemilik dana di tengah pandemi covid-19 ini akan mengambil dananya," ungkap Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo.
Menurut Anggoro, tren simpanan nasabah saat ini cenderung stabil dan berpeluang meningkat karena masyarakat semakin mengandalkan transaksi elektronik atau online. Misalnya, masyarakat semakin sering menggunakan platform e-commerce untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Hal ini membuat masyarakat akan lebih memilih untuk menyimpan dana di rekening. Sebab, lebih mudah untuk ditransfer ke saldo e-commerce ataupun pembayaran langsung dari m-banking atau aplikasi bank.
"Transaksi lebih banyak menggunakan e-channel atau e-payment, sehingga dana tetap berada di sistem perbankan," jelasnya.
Di sisi lain, sambung dia, pembayaran gaji pun sudah terhubung dengan sistem perbankan. Begitu pula, dengan aliran bantuan sosial (bansos) dari pemerintah kepada masyarakat miskin, kini sudah lebih digital langsung ke rekening penerima manfaat.
"Jadi, tidak benar ada kekhawatiran di kalangan kelas menengah ke bawah untuk cenderung mengambil tabungan. Apalagi, bagi masyarakat lapis bawah juga menerima bansos dari pemerintah," terang Anggoro.
[Gambas:Video CNN]Dampak bagi likuiditas BNI, ia mengklaim masih cukup baik. Pada kuartal I 2020, rasio likuiditas BNI sekitar 92,3 persen. Hal ini, katanya, juga didukung oleh kebijakan dari Bank Indonesia (BI) yang kerap menambah suntikan likuiditas kepada bank di tengah pandemi corona.
"Likuiditas perbankan juga terjaga dalam kondisi stabil, lebih-lebih ada kebijakan quantitative easing dari BI," ungkapnya.
Secara industri, berdasarkan data OJK sampai Maret 2020, jumlah DPK bank sekitar Rp6.214,3 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 9,54 persen dari Rp5.672,88 triliun pada Maret 2019.
Sebelumnya, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengimbau industri perbankan mewaspadai pencairan simpanan masyarakat kelas menengah ke bawah. Kelompok masyarakat ini disebut mencairkan simpanan untuk bertahan hidup di tengah pandemi virus corona.
Namun, ia memprediksi kondisi tersebut tidak akan terjadi pada masyarakat kelas menengah ke atas yang dinilai memiliki kekuatan lebih untuk bertahan. "Dana di bank sebagian akan digunakan untuk operasional, ini yang harus diperhatikan bank di era new normal," tuturnya.
(uli/bir)