Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Pertamina (Persero) akhirnya menyatakan batal bermitra dengan
Saudi Aramco di proyek
Refinery Development Master Plan (RDMP)
Kilang Cilacap, Jawa Tengah.
Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan keputusan tersebut diambil setelah Aramco menyatakan mundur dari proyek tersebut.
"Aramco menyampaikan melalui surat resmi CEO-nya ke Presdir Pertamina bahwa silakan dilakukan, silakan Pertamina menjalankan atau membangun Cilacap, mengingat Saudi Aramco fokus hal-hal lain sehingga silakan melanjutkan," ujarnya dalam video conference, Jumat (5/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pengingat, kemitraan Pertamina dan Aramco diawali dengan penandatanganan Kesepakatan Kerja Sama Pengembangan Perusahaan Patungan (
Joint Venture Development Agreement/JVDA) pada Desember 2016.
Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari
Heads of Agreement (HoA) yang diteken kedua belah pihak pada November 2015 lalu, di mana kedua entitas akan membentuk perusahaan patungan, untuk pengembangan proyek selanjutnya
Dalam kesepakatan tersebut, rencananya Pertamina akan memiliki saham 55 persen dan Saudi Aramco sebesar 45 persen. Kesepakatan ini berakhir pada 30 Juni 2019.
Namun hingga memasuki tahun 2020, pengembangan kilang Cilacap masih terkendala oleh kepastian Saudi Aramco untuk terus bermitra dengan Pertamina. Padahal, Kilang Cilacap telah mampu memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kualitas Euro IV.
Terkendalanya pembangunan tersebut lantaran Pertamina belum mencapai kesepakatan dengan Aramco terkait nilai valuasi dari kilang yang sudah ada. Nilai valuasi tersebut penting mengingat kedua perusahaan akan membentuk perusahaan patungan.
[Gambas:Video CNN]Usai batal bekerjasama dengan BUMN asal Saudi Arabia itu, kini Pertamina memutuskan untuk mencari mitra baru pengembangan RDMP Cilacap. Rencananya, Kilang Cilacap bakal menghasilkan produk
biorefinery setara euro 5.
Ignatius menyampaikan, perseroan telah menyelesaikan masalah lahan di proyek ini dan melakukan beberapa langkah mulai dari mempersiapkan skema bisnis hingga melakukan percepatan beberapa proyek terkait biorefinery sebagai bagian dari modifikasi kilang.
"Mungkin 2022 sudah bisa beroperasi
biorefinery skala kecil di sana. Lalu perbaikan kualitas untuk penuhi standar euro 5 sambil kita cari
strategic partner," pungkasnya.
(hrf/sfr)