Jakarta, CNN Indonesia -- Novia tak pernah menduga akan menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) bergantian dengan anaknya. Keluarga Novia mendaftar sebagai peserta pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Kelas III pada Juli 2018.
Saat itu, Novia memutuskan mengikuti program JKN-KIS dengan mempertimbangkan biaya pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan resiko sakit di kemudian hari. Tak disangka enam bulan setelah mendaftar dan rajin membayar iuran, dirinya dan sang anak harus bergantian dirawat di RSUD Muara Teweh.
"Anak saya tiba-tiba demam tinggi dan timbul ruam atau bintik-bintik merah pada kulitnya, langsung dibawa ke IGD dan disarankan oleh dokter untuk rawat inap. Dari hasil pemeriksaan darah ternyata trombositnya rendah dan positif kena demam berdarah (DBD), untungnya kami punya JKN-KIS dan selalu rutin bayar iuran," tutur Novia.
Novia mengungkapkan, kala anaknya Syarif harus rawat inap selama sepekan pada akhir Januari 2019, dirinya sedang hamil tua. Selang beberapa hari setelah Syarif sembuh dan pulang ke rumah, Novia dan suami harus kembali ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pemeriksaan, dokter waktu itu menyatakan Novia tak dapat bersalin secara normal. Ia harus menjalani operasi caesar. Novia menyebut, selama dua minggu harus meninggalkan sementara usaha dagang sayur sebagai satu-satunya mata pencaharian keluarga.
"Baru beberapa hari anak saya sembuh dari sakit DBD nya, manfaat JKN-KIS kembali saya rasakan, persalinan anak kedua saya harus dilakukan dengan operasi caesar, pasti biayanya tidak murah namun lagi-lagi dijamin oleh JKN-KIS," katanya.
Novia menambahkan sambil tersenyum, "Entah bagaimana kami membayar biaya pengobatan jika tidak ada JKN-KIS, terbukti JKN-KIS sangat bermanfaat dan membantu masyarakat dengan pelayanan yang memuaskan."
(rea)