Jakarta, CNN Indonesia -- Eksodus besar-besaran atau kepergian para pekerja migran karena pandemi Covid-19 akibat
virus corona beberapa waktu lalu membuat
India kini kekurangan tenaga kerja.
Akibatnya, pabrik-pabrik di India kini tidak bisa beroperasi karena tak lagi memiliki tenaga kerja. Sebab, pabrik-pabrik yang berlokasi di sekitar New Delhi umumnya mempekerjakan buruh migran yang berasal dari desa-desa di pelosok negeri dan sejumlah negara lain.
Saat pemerintah India menerapkan
lockdown (penguncian wilayah) pada akhir Maret lalu, jutaan pekerja migran terpaksa kembali ke tempat asalnya karena aktivitas ekonomi dan produksi di pabrik yang terhenti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkirakan terdapat 100 juta pekerja migran yang meninggalkan pabrik. Jumlah itu hampir seperlima dari seluruh angkatan kerja di negara itu. Mereka berkontribusi pada 10 persen PDB di India.
Namun kini, pemerintah mulai melonggarkan aturan dan pabrik boleh beroperasi kembali. Sayangnya, aktivitas produksi itu sulit berjalan karena para pekerja belum kembali.
"Enam puluh persen dari pekerja kami telah kembali. Namun, bagaimana kami bisa menjalankan unit produksi dengan hanya sepertiga dari tenaga kerja kami yang ada?" kata Sanjeev Kharbanda, pemilik pabrik sepatu di negara bagian utara Haryana, dikutip dari AFP.
Kharbanda mengatakan produksi sepatu olahraga telah terhenti karena tidak ada pekerja terampil yang dapat mengoperasikan mesin berteknologi tinggi.
"Kami hanya menjalankan satu shift sekarang. Biaya produksi telah naik dan keuntungan kami turun," kata Kharbanda.
Selain pabrik sepatu, pabrik-pabrik Berlian yang memproduksi 90 persen berlian di dunia di Kota Surat, Gujarat juga tidak bisa beroperasi kembali. Lebih dari dua pertiga pekerja meninggalkan kota itu.
Sementara itu, untuk menarik kembali para pekerja, kilang garam di India menawarkan gaji dua kali lipat. Namun, para pengamat memperkirakan para pekerja tidak akan kembali dalam waktu dekat.
"Banyak industri manufaktur sebenarnya terletak di negara-negara bagian di mana dampak pandemi itu sangat besar (seperti) Tamil Nadu, Gujarat, Maharashtra, Delhi. Sekarang ini adalah masa di mana pekerja secara alami meninggalkan kota dalam jumlah besar ... Mereka tidak akan kembali dengan tergesa-gesa," kata pengamat dari Jawaharlal Nehru University, Profesor Santosh Mehrotra.
Menurut pengamat, para pekerja enggan kembali karena menilai upah di pabrik sangat rendah. Selama ini, mereka dipekerjakan sebagai tenaga murah di sektor tekstil, konstruksi, tambang, dan usaha kecil. Lockdown karena Covid-19 menjadi kesempatan bagi mereka untuk keluar dari pekerjaan yang melelahkan itu.
Para ahli juga memprediksi ekonomi India yang merupakan terbesar ketiga di Asia akan terkena dampak buruk dalam jangka pendek karena kurangnya pekerja ini. Ekonomi diperkirakan melambat dalam 11 tahun terakhir.
Pemerintah telah mengumumkan paket stimulus 20 triliun rupee atau sekitar Rp370 triliun untuk memacu ekonomi. Namun, para pengamat mengaku tak berharap banyak pada stimulus itu.
"Kepergian para pekerja itu sendiri sangat traumatis. Mereka telah melalui banyak penghinaan. Beberapa dari mereka mungkin kembali, tetapi banyak dari mereka akan mencari pekerjaan bukan di kota-kota metro tetapi di kota-kota kecil yang kurang terpengaruh oleh virus," kata Mehrotra.
Para pekerja migran kesulitan bertahan hidup karena virus corona. Mereka bahkan kembali dengan berjalan kaki ke kota asal mereka karena layanan transportasi ditutup. Dilaporkan sebanyak 200 orang meninggal dunia karena kelelahan ketika pulang ke daerah asal mereka.
Salah seorang pekerja migran yang kembali ke daerah asalnya mengaku tak ingin kembali bekerja di kota-kota besar.
"Saya tidak punya pekerjaan selama dua bulan di sini dan saya menghadapi banyak masalah. Sekarang aku hanya ingin bersama keluargaku di desa," kata Mohammed Naseem Aktar, pekerja migran yang berusia 21 tahun itu kepada AFP.
(ptj/eks)
[Gambas:Video CNN]