Ekonomi Swedia Jatuh, Meski Tak Terapkan Lockdown

CNN Indonesia
Minggu, 07 Jun 2020 13:44 WIB
People walk together during the coronavirus pandemic in Stockholm, Sweden, Saturday, April 4, 2020. Swedish authorities have advised the public to practice social distancing because of the coronavirus pandemic, but still allow a large amount of personal freedom, unlike most other European countries. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (Henrik Montgomery/TT via AP)
Laju ekonomi Swedia kuartal II diperkirakan kontraksi 6,1 persen. Padahal, bisnis kafe, bar, dan restoran tetap buka, dan tidak berlaku lockdown. Ilustrasi. (AP/Henrik Montgomery/TT).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonomi Swedia jatuh, walaupun negara semenanjung utara Eropa itu tidak pernah menerapkan penguncian wilayah (lockdown). Lebih ironis lagi, bisnis kafe, bar, serta restoran di Swedia tetap dibuka. Berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya yang terdampak virus corona, seperti Italia, Spanyol, dan Prancis.

Ekonom Bank SEB Olle Holmgren mengatakan Swedia akan mencetak rekor penurunan laju ekonomi pada kuartal kedua nanti. Padahal, kuartal I lalu, Swedia mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 0,1 persen.

"Rebound kemungkinan terjadi, tapi jelang akhir tahun. Kami memperkirakan akan butuh waktu lama sebelum situasi kembali normal," ujarnya, mengutip AFP, Minggu (7/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi, sambung dia, pejabat pemerintahan setempat menegaskan strategi mereka untuk selalu mengedepankan kesehatan masyarakat dan tidak pernah secara khusus untuk menyelamatkan ekonomi.

"Kami telah memutuskan tindakan yang harus diambil untuk menghentikan penyebaran virus corona. Kami belum memiliki pertimbangan ekonomi. Kami mengiktui saran dari para ahli kesehatan tentang masalah ini," terang Menteri Keuangan Swedia Magdalena Andersson, akhir Mei lalu.

Diketahui, Swedia melaporkan 4.639 korban meninggal akibat infeksi virus corona. Dengan jumlah penduduk sebanyak 10,3 juta, Swedia menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia, yakni 459,3 kematian per juta penduduk.

Jumlah itu empat kali lebih banyak dari Denmark atau 10 kali lebih tinggi dari Norwegia yang memberlakukan karantina wilayah secara ketat.

[Gambas:Video CNN]

Laju Ekonomi Minus

Pemerintah Swedia, April lalu, sempat memproyeksi PDB negaranya akan terkontraksi 4 persen pada tahun ini. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan awal tahun bahwa pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 1,1 persen pada 2020.

Namun, Komisi Uni Eropa memprediksi PDB Swedia minus 6,1 persen. Realisasi ini masih lebih baik ketimbang Jerman yang negatif 6,5 persen atau zona Eropa yang minus 7,7 persen. Prospek yang disajikan bank sentral Swedia malah lebih parah lagi, yakni PDB merosot hingga 10 persen.

Pemerintah Swedia pun pasrah. Bukan saja laju ekonominya yang terkontraksi, tingkat pengangguran pun diprediksi menembus 9 persen pada 2020 dan 2021. Angka ini naik nyaris separuh dari tahun lalu sebesar 6,8 persen.

Maklum, ekspornya turun tajam. Padahal, sumbangsih ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Swedia mencapai 50 persen.

"Sebanyak 70 persen ekspor kami masuk ke Uni Eropa. Namun, penutupan di Jerman, Inggris, dan negara Eropa lainnya akan menekan ekspor Swedia," kata pemerintah setempat.



(afp/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER