PSBB Transisi, Restoran Izinkan Pengunjung Makan di Tempat

CNN Indonesia
Senin, 08 Jun 2020 15:19 WIB
Suasana di Rumah Makan Bumi Aki, Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 2 Juni 2020. Sejumlah restoran dan rumah makan di Kota Bogor mulai membuka layanan makan di tempat dengan protokol kesehatan ketat setelah penerapan PSBB Kota Bogor memasuki masa transisi hingga 4 Juni 2020 guna mencegah penyebaran Covid-19. CNN Indonesia/Bisma Septalisma
Sejumlah restoran mulai melayani makan di tempat (dine in). Dengan syarat, restoran berdiri sendiri di luar pusat perbelanjaan. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bisnis sejumlah restoran kembali membuka layanan makan di tempat (dine in) pada hari pertama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.

Menurut izin Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, restoran yang berdiri sendiri di luar pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi boleh membuka kembali layanan makan di tempat. Syaratnya, kapasitas pengunjung hanya boleh 50 persen dari kapasitas ruangan.

Ketentuan ini pun diterapkan oleh A&W, waralaba restoran siap saji asal Amerika Serikat. Salah satunya berlaku di A&W yang terletak di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manager A&W Pondok Labu Titi mengatakan ketentuan makan di tempat dijalankan sesuai dengan arahan dari A&W pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ia pun mengaku mendapatkan arahan langsung dari kantor pusat terkait prosedur makan di tempat bagi pengunjung.

"Baru selesai koordinasi pagi tadi, intinya per hari ini sudah boleh pengunjung untuk makan di tempat, asalkan jaga jarak sesuai formasi tempat duduk yang sudah kami siapkan," ungkap Titi kepada CNNIndonesia.com, Senin (8/6).

Titi menjelaskan satu meja yang semula berkapasitas empat orang, kini hanya bisa diisi oleh dua orang. Ia pun menyimpan dua kursi lain agar pengunjung benar-benar sadar dengan ketentuan tersebut.

"Kalau kursinya tetap ada kan mungkin nanti bisa lupa, jadi langsung saja kami simpan dua kursi lain untuk satu meja. Kecuali yang sofa, itu mau tidak mau begitu pengunjung datang, kami beritahu, sofanya cuma boleh dua orang dari yang tadinya empat orang satu meja," jelasnya.

Pihak restoran pun akan tetap meminta pengunjung untuk memakai masker selama berada di area restoran, kecuali saat ingin menyantap makanan. Selain itu, kondisi ruangan pun dipastikan akan dijaga agar tidak terjadi penumpukan, khususnya di bagian antrean pesanan.

"Kami minta tetap jaga jarak, sebelumnya pun para ojek online kami beri ruang tunggu khusus agar tidak berkerumun menunggu di kasir," tuturnya.

Kendati begitu, Titi memastikan seluruh area restoran aktif, termasuk area makan di lantai dua. Hanya saja, kawasan bermain anak di lantai dua akan tetap ditutup untuk meminimalisir interaksi sesama anak pengunjung di area tersebut.

Senada, hal serupa juga diterapkan oleh Fika, Manager Operasional Harian BKB Cabang Fatmawati, salah satu restoran yang menjajakan kuliner bebek dan ayam khas nusantara. Tak hanya melakukan pengurangan kapasitas sesuai prosedur Pemprov DKI, restoran juga melakukan penyemprotan di meja makan pengunjung setiap tiga jam.

"Seperti yang terlihat, kami betul-betul beri ruang antara meja yang satu dengan yang lain. Bahkan, bisa dibilang ini bukan berkurang 50 persen, tapi kami lebih kan sedikit karena kami butuh area baru untuk driver ojol menunggu pesanan dan waiting list pengunjung nanti ketika table masih penuh," terang Fika.

Selain itu, restoran juga melakukan pemeriksaan suhu kepada pengunjung dan akan memberikan imbauan cuci tangan sesering mungkin kepada pengunjung. "Pengunjung kami minta benar-benar patuh untuk jaga jarak di table, kalau tidak nanti kami yang kena tegur ketika ada pemeriksaan dari dinas dan Satpol PP," ucapnya.

Fika pun berharap pengunjung bisa tetap nyaman untuk menyantap makanan di restoran meski diselimuti dengan aturan ketat. Ia juga berharap aturan ini bisa mengembalikan lagi kepercayaan pengunjung untuk kembali ke restoran dan tidak takut untuk makan di tempat di tengah pandemi virus corona atau covid-19.

[Gambas:Video CNN]
Tak Mimpi Omzet

Kendati sudah boleh membuka kembali layanan makan di tempat, namun kedua restoran rupanya pesimis dengan pendapatan (omzet) yang bisa diraih. Pasalnya, ketentuan makan di tempat hanya boleh untuk 50 persen kapasitas ruangan.

Artinya, pengunjung yang ditampung hanya bisa separuhnya. Di sisi lain, aktivitas ekonomi belum pulih 100 persen dan masih banyak masyarakat yang khawatir akan kerumuman bila makan di restoran.

"Dengan sekarang dibuka hanya untuk 50 persen, pendapatan pun belum tentu bisa capai 100 persen dari 50 persen itu. Bahkan, secara keseluruhan, termasuk dengan pesanan dibawa pulang (take away) dan delivery serta dine in sekarang, kalau bisa naik 10 persen sampai 20 persen sudah terbilang bagus," tutur Fika.

Pasalnya, Fika mencatat pendapatan restoran turun sekitar 50 persen selama masa PSBB April-Juni 2020. Penurunan pendapatan lebih dalam ketika bulan ramadan.

"Kalau dulu, tidak ada restoran yang sepi saat bulan puasa, kalau sekarang, bahkan yang pesan untuk sahur dan buka pakai delivery pun berkurang. Apalagi, kami kan berada tepat di depan RS Fatmawati, rujukan corona, orang mungkin jadi semakin takut, zona merah pula," terang dia.

Bersamaan dengan omzet yang mungkin tidak cukup tinggi ini, pengeluaran restoran sejatinya tetap sama besar ketika masa normal. Maklum, listrik tetap harus dihidupkan semua, begitu pula dengan pengeluaran air, gas, dan lainnya.

Bahkan, ada tambahan pengeluaran lain, yaitu sabun cuci tangan yang lebih banyak, hand sanitizer, cairan disinfektan, hingga alat pemeriksaan suhu. Belum lagi, masker bagi karyawan.

Sementara bila hanya mengandalkan pendapatan dari pesan dibawa pulang (take away) dan pesan antar (delivery) melalui ojek online, tidak bisa mengompensasi pendapatan yang seharusnya didapat untuk menutup biaya pengeluaran dan menghasilkan keuntungan.

"Memang delivery meningkat, tapi tidak mengompensasi. Lagi pula, orang biasanya tidak beli kalau tidak ada promo di Grab dan Gojek, promo pun ujungnya harus ada dari kami," tuturnya.

Sementara, Titi memperkirakan setidaknya omzet restoran turun 30 persen sejak PSBB berlaku hingga saat ini. Bahkan, restoran harus melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawan untuk menyeimbangkan pendapatan, pengeluaran, dan keuntungan.

"Kami lakukan putus kontrak sejak Maret, Apri, Mei, Juni ini, totalnya ada enam orang (putus kontrak) dari 18 orang," katanya.

Hanya saja, ia memastikan putus kontrak dilakukan pada karyawan yang masih dalam tahap percobaan, namun, bukan karyawan tetap. Selain itu, ia juga melakukan penyesuaian jam kerja (shift), dari semula bisa delapan orang menjadi empat orang dalam satu restoran. "Itu sudah termasuk yang di dapur, yang keliling bebersih, dan kasir," ujarnya.

Kangen Makan di Luar

Sementara bagi pengunjung, restu Anies yang memperbolehkan restoran membuka layanan makan di tempat adalah momentum mengatasi rasa rindu makan di luar. Salah satunya, Winda (36), seorang ibu rumah tangga dengan dua anak.

"Ya kangen juga sih ya makan di restoran, sudah tiga bulan tidak, apalagi kalau menunya favorit keluarga dan kalau habis pergi. Misal ini habis ada saudara yang dirawat di RS, pulangnya kami mampir sini dulu deh makan, mumpung sudah boleh," ujarnya.

Winda pun mengaku tidak keberatan bila harus makan sambil menjaga jarak. Begitu pula dengan protokol kesehatan, seperti pemeriksaan suhu hingga pakai masker.

"Ya mau bagaimana, kami disuruh hidup berdamai dengan corona ya, coba saja dijalani, asal tetap jaga-jaga. Ini pun tidak lama-lama, setelah itu akan buru-buru pulang, bebersih," jelasnya.

(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER