Jakarta, CNN Indonesia --
Pengusaha sekaligus Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Roslan Roeslani meyakini penguatan
rupiah akan terus menguat. Bahkan, mendarat di level Rp12 ribu per
dolar AS.
Menurutnya, hal tersebut tak lepas dari kebijakan cetak uang lewat
quantitative easing yang dilakukan Amerika Serikat (AS) untuk menangani covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian.
"Begitu AS mencetak uang US$2,5 triliun, pasti mereka membutuhkan rembesan. Dan mata uang negara-negara lain, otomatis menguat," ujarnya dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) tentang RUU Cipta Kerja di Badan Legislasi DPR, Selasa (10/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rosan menuturkan kondisi serupa pernah terjadi saat krisis menghantam negeri Paman Sam pada 2008 lalu. Saat itu, AS melakukan quantitative easing sebesar US$800 miliar dan berlanjut pada 2009 sebesar US$700 miliar sehingga menjadi US1,5 triliun.
"Hal ini membuat penguatan tidak hanya rupiah, tapi hampir di seluruh mata uang. Kita masih ingat penguatan itu cukup signifikan setahun ke depannya," imbuhnya.
Kondisi penguatan tersebut juga terjadi seiring dengan berbagai kebijakan dilakukan pemerintah, baik dari sisi fiskal maupun non fiskal lainnya.
Di sisi lain, kata Rosan, aliran modal masuk (inflow) ke pasar saham dan keuangan dalam negeri juga turut membawa rupiah ke level fundamentalnya.
Dengan imbal hasil surat utang pemerintah yang lebih tinggi ketimbang negara-negara lain di kawasan Asean, ia yakin masuknya modal asing akan makin deras dan turut mendukung penguatan rupiah.
"Surat utang pemerintah bertenor 10 tahun masih di level tadinya 8 persen sekarang sudah di 7,8 persen tapi dibandingkan Asean itu sudah terbilang tinggi karena rata-rata mereka 3 persen. Ini akan membuat indeks kita naik, dan mata uang insyaallah akan mencapai Rp12 ribu dan suku bunga dari surat utang kita akan menurun," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN] (hrf/bir)