Penjualan barang-barang mewah di China kembali menggeliat. Hal ini dikarenakan warga setempat mulai membelanjakan uang mereka usai pandemi virus corona.
Dilansir CNN, Jumat (12/6), beberapa perusahaan barang mewah yang menjual tas, sepatu, atau perhiasan mengalami kenaikan penjualan. Beberapa analis menyebut sebagai tren 'balas dendam' setelah warga tidak lagi tinggal di rumah dan dapat beraktivitas secara normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan ritel Tiffanny & Co mencatat lonjakan penjualan sebesar 30 persen pada April dan 90 persen pada Mei dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Lonjakan ini di luar penurunan sekitar 40 persen dalam penjualan bersih secara global pada Mei.
Lonjakan serupa juga dialami perusahaan barang mewah lain, yakni Burberry (BURBY). Burberry menyatakan penjualan pakaian, tas, dan aksesoris di China sudah melampaui tahun sebelumnya dan masih terus meningkat.
Sedangkan perusahaan jam tangan asal Swiss Richemont menunjukkan kenaikan permintaan sejak 462 toko dibuka kembali di Negeri Tirai Bambu.
"Data menunjukkan China dalam masa pemulihan," tulis Lucas Solca, Analis di Bernstein.
Penelitian yang dilakukan perusahaan-perusahaan juga menyebutkan sentimen di antara para pembeli di China meningkat secara signifikan hingga Mei.
Melonjaknya pembelian yang dilakukan konsumen juga diklaim karena pembatasan perjalanan yang masih terjadi di tengah pandemi covid-19. Alhasil, warga memilih membelanjakan uangnya untuk membeli barang.
"Ketimbang pergi berlibur, mereka mungkin membeli tas Chanel," kata Fflur Roberts, kepala penelitian barang mewah di Euromonitor sembari menambahkan peningkatan penjualan juga terjadi Korea Selatan.
Namun, lonjakan pembelian barang mewah di China hanya sebagian dari cerita yang ada. Pasalnya, pelanggan di tempat lain memilih tetap tinggal di rumah dan menahan diri untuk belanja barang mewah.
Mereka lebih memilih membeli barang yang penting atau barang yang lebih murah dan tidak bermerek. Kondisi ini membuat penjualan barang mewah, seperti tas, sepatu, dan pakaian diperkirakan masih akan mendapatkan pukulan telak.
Perusahaan konsultan Bain memproyeksikan penjualan barang-barang mewah bisa turun sebanyak 35 persen dengan pendapatan di angka 180 miliar hingga 220 miliar euro. Angka itu lebih kecil ketimbang proyeksi keuntungan 281 miliar euro sebelum pandemi covid-19.
Bain juga melihat lonjakan dalam pembelian barang-barang mewah di China tidak akan bertahan lama. "Kami melihat ini semacam efek sementara."